Rabu, 05 Januari 2022 | 15:19 WIB
Perceraian termasuk hal yang paling tidak diharapkan terjadi dalam sebuah rumah tangga. Tidak ada pasangan menikah yang ingin bercerai. Namun, sayangnya pernikahan kerap berakhir tidak sesuai harapan.
Setiap masalah yang terjadi memiliki dua kemungkinan, bisa memperkuat satu sama lain atau malah merusak pernikahan. Jadi, penting bagi pasangan untuk menghindari alasan yang menyebabkan perceraian.
Melansir Times of India, berikut alasan teratas pasangan memilih perceraian:
Baca Juga: Ashanty Makan Tiramisu Favorit Shah Rukh Khan, Harganya Cuma Rp100 Ribuan?
Adanya ketidakcocokan
Ketika pasangan tak dapat mendamaikan perbedaan, artinya pasangan sedang berada dalam tingkat ketidakcocokkan. Kamu punya pilihan untuk berpisah dan tidak mencapai titik tengah atau tetap tumbuh bersama dengan ketidakcocokan.
Ketidakcocokan sendiri bisa terjadi karena berbagai hal, seperti perbedaan nilai, masalah seks, perbedaan agama, atau kepribadian yang memang tidak cocok sama sekali.
Baca Juga: Berkunjung ke Rumah Calon Mertua, Ayu Ting Ting Kalem Bawa Tas Mewah
Miskomunikasi
Kebanyakan akar dari pertengkaran dalam sebuah hubungan adalah miskomunikasi. Asumsi akan datang seiring dengan berjalannya masalah ini. Misalnya masalah keluarga dan beban keuangan, jika tidak didiskusikan, itu bisa akan mengarah pada perceraian.
Ketidaksetiaan
Banyak orang tidak bisa mengampuni ketidaksetiaan. Itulah mengapa perselingkuhan termasuk alasan pasangan suami istri bercerai. Masalah apa pun dalam pernikahan harus cepat diselesaikan. Jika tidak bisa diselesaikan, jangan akhiri dengan perselingkuhan.
Kecanduan
Kecanduan alkohol, obat-obatan, dan zat berbahaya lainnya menjadi alasan lain dari perceraian. Kecanduan bisa menyebabkan suasana hati yang tidak stabil, memengaruhi perilaku, pola tidur, nafsu makan, tanggungjawab keluarga, hingga kehilangan teman dan koneksi.
KDRT
Baca Juga: Pendiri Mustika Ratu Meninggal Dunia, Ini Kiprah Sosok Inspiratif Mooryati Soedibyo
Kekerasan dalam rumah tangga sangat mungkin mengarahkan pasangan pada perceraian. Bukan hanya wanita, laki-laki juga dapat mengalaminya. Hal tersebut tidak dapat ditoleransi dan termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia.