Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Apakah kamu pernah mendengar soal blue carbon? Istilah ini merujuk pada karbon yang tersimpan di ekosistem laut dan pesisir, serta konsep pelestarian ekosistem karbon biru dengan upaya untuk meningkatkan penyimpanan karbon dan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Di sisi lain, Indonesia memiliki luas hutan mangrove terbesar di dunia, mencapai sekitar 3,3 juta hektar yang merupakan sekitar 20 persen dari hutan mangrove dunia. Hutan mangrove di negara ini memiliki potensi untuk menyerap 4-5 kali lebih banyak karbon daripada hutan tropis.
Hilangnya hutan mangrove dapat berdampak pada stabilitas kawasan pesisir, mengancam kehidupan dan ekonomi masyarakat pesisir. Hal ini semakin diperparah dengan kenaikan permukaan laut Indonesia mencapai 0,8-1,2 cm/tahun, sementara 65% populasi masyarakat Indonesia tinggal di daerah pesisir.
Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Wilayah III Aceh dan Nol Karbon, project developer kredit karbon, telah menjalin kerjasama dalam program blue carbon untuk merestorasi kawasan hutan mangrove yang terdegradasi di Langsa, Aceh Timur.
Baca Juga
Hutan mangrove di kawasan pesisir Aceh terus menyusut akibat perubahan dan konversi lahan menjadi lahan kering, tambak udang, dan penebangan liar. Menurut data dari Peta Mangrove Satu Peta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), luas area mangrove di Provinsi Aceh mencapai 33.054,17 Ha, dengan 3.700,95 Ha dalam kondisi kritis.
Fokus kerjasama program blue carbon antara Nol Karbon dan KPH Wilayah III Aceh adalah untuk menciptakan skema pembiayaan yang terintegrasi untuk restorasi konservasi mangrove, pemantauan jangka panjang, dan pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat lokal.
Upaya ini sejalan dengan strategi ambisius pemerintah Indonesia dalam mempromosikan "ekonomi biru" dengan target rehabilitasi 600.000 hektar hutan mangrove pada tahun 2024.
"Kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat dukungan dalam restorasi kawasan hutan sosial dan memberdayakan masyarakat di kawasan hutan mangrove. Dengan keterbatasan dana anggaran dari pemerintah pusat, KPH Wilayah III Aceh akan berupaya semaksimal mungkin untuk memulihkan kawasan dalam wilayah kerja. Melalui kerjasama dengan Nol Karbon, kita bisa membuat pengelolaan ekosistem mangrove yang lebih hijau, lebih tangguh, dan inklusif," ujar Fajri SP MM, Kepala UPTD KPH Wilayah III Aceh, dilansir dari siaran pers yang diterima Dewiku.com.
Direktur Nol Karbon, Pera Malinda, menambahkan, "Kami berharap kerjasama program blue carbon dengan KPH Wilayah III Aceh dapat menciptakan skema insentif karbon kredit untuk upaya pemulihan dan konservasi kawasan mangrove yang rusak, serta memperkuat silvofishery (kegiatan perikanan di area mangrove) guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat Aceh, yang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 96.813 orang komunitas nelayan."
Terkini
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Anak Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?