Senin, 09 September 2024 | 15:20 WIB
Sekitar 80 persen penduduk dunia pada tahun 2100 diprediksi akan didominasi oleh anak muda. Bahkan di benua Asia, lebih dari setengah populasinya akan berusia di bawah 30 tahun.
Itulah mengapa Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia diharapkan bisa mempersiapkan kaum muda dalam menghadapi beragam perubahan, tantangan dan peluang beberapa dekade ke depan.
Berbicara dalam acara Girls Summit, Direktur Eksekutif Plan Indonesia, Dini Widiastuti mengatakan, pihaknya mendedikasikan Girls Summit untuk memperkuat posisi kaum muda khususnya perempuan sebagai pusat pembangunan saat ini dan di masa depan.
Baca Juga: Suka Duka Ibu Sambung: Antara Harapan dan Kenyataan, Belajar dari Pengalaman Terry Putri dan Ashanty
"Dukungan dan investasi bagi mereka esensial untuk memastikan kesiapan, membuka potensi, kekuatan, dan ruang bagi mereka untuk mendesain masa depannya," kata Dini, pada Sabtu (7/9/2024) lalu.
Girls Summit 2024 sendiri dihadiri oleh lebih dari 400 peserta termasuk aktivis muda, anak-perempuan penggerak perubahan di desa, perempuan pemimpin, perwakilan pemerintah, lembaga donor, perusahaan, media, serta perwakilan dari organisasi masyarakat sipil.
Ada tiga perwakilan aktivis muda menyampaikan butir-butir rekomendasinya pada acara puncak Girls Summit pekan lalu, termasuk dalam menghadapi risiko iklim di masa depan, teknologi digital yang semakin pesat serta pemberdayaan kaum muda yang mereka harapkan.
Baca Juga: Beauty in Joy: Jadilah Cantik Tanpa Mengabaikan Kebahagiaan Dirimu Sendiri
"Sekarang SDGs yang harusnya tercapai di 2030 masih lumayan tertinggal. Kita harus melakukan sesuatu yang sangat kuat agar misi ini dapat tercapai," tambah Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati yang turut hadir dalam Girls Summit 2024.
Aktivis sosial sekaligus kreator konten, Nabila Ishma, yang juga pembicara dalam salah satu sesi di Girls Summit 2024 mengatakan, perempuan muda perlu didorong dan diberdayakan untuk dapat mencapai potensi maksimalnya.
"Ketika kita bicara perempuan, sebenarnya itu tentang bagaimana perempuan bisa berdaya melakukan sesuatu dan memiliki peran yang bisa membuat perubahan kepada sekitarnya," tambahnya.
Baru-baru ini, UN melaporkan bahwa pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) baru 15 persen termasuk tujuan ke-5 yaitu kesetaraan gender.
Menurut World Economic Forum, masih dibutuhkan 130 tahun lagi untuk mencapai kesetaraan gender global, yang hal ini mencerminkan lambatnya proses.
Baca Juga: Survei Jakpat: Orang Indonesia Jarang Minum Susu, Kelas Ekonomi Bawah Lebih Pilih Kental Manis
Terkait itu, Dini menekankan bahwa tanpa percepatan upaya, investasi dari semua pihak, serta kebijakan serta implementasi yang lebih kuat, kesetaraan gender yang merupakan salah satu basis dari pertumbuhan berkelanjutan yang inklusif akan sulit terwujud, baik di 2030 maupun 2100.