
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Salah satu situs mode paling populer di seluruh dunia, ASOS, tidak berhenti membuat banyak orang geleng-geleng kepala.
Setelah merilis beberapa item yang cukup aneh selama beberapa bulan terakhir, seperti sabuk denim yang seolah tampak seperti sepotong celana jeans tua dan atasan pria bergambar perut buncit.
Nah baru-baru ini ASOS menjual barang yang tak kalah aneh, yakni topi baret yang mirip rambut keriting.
Furry baret dari Monki yang berwarna putih ini ditujukan untuk menyambut orang-orang dengan 'kehidupan yang nyaman'.
Baca Juga

Deskripsi produk tersebut berbunyi, ''Jika Anda semua berkepribadian dan ekspresif, Monki adalah satu untuk Anda. Dikenal untuk desain street-style-meets-Scandi-chic dan super-fun story-based store, Monki memakai warna cerah, berani banyak cetakan dan pola sebelum memasukkan mereka di koleksi 90-an, gaun bodycon dan skinny jeans.''
Baret aneh tersebut dipenuhi bulu palsu yang lembut dan membuatmu terlihat memakai wig keriting. Atau terlihat seperti mengenakan sebongkah bulu domba di kepala.
Terbuat dari bahan akrilik, modakrilik dan polyester, Furry Baret dari Monki dihargai 18 poundsterling atau Rp 340 ribuan. Tertarik memilikinya?
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif