
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa pria cenderung kurang tertarik menggunakan tas daur ulang yang tentu saja ramah lingkungan. Alasannya? Ternyata mereka takut dianggap gay.
Seperti dilansir dari World of Buzz, studi ini menunjukkan bahwa menyelamatkan lingkungan biasanya dipandang sebagai perilaku yang lebih feminin.
Studi ini mengharuskan peserta untuk menilai perilaku pro-lingkungan masyarakat, seperti daur ulang sampah atau menggunakan tas yang bisa digunakan kembali ketika berbelanja, kemudian mengategorikannya sesuai dengan apa yang feminin atau maskulin.
Janet Swim, salah satu profesor yang terlibat menganalisis hasil penelitian dan mengamati bahwa semua kegiatan tersebut mencerminkan kecenderungan untuk melihat lingkungan sebagai feminin.
Baca Juga
"Semua orang dinilai lebih feminin daripada maskulin, terlepas dari perilaku yang mereka lakukan," ungkap dia.

Laki-laki umumnya lebih peduli tentang cara mereka menggambarkan identitas gender. Mereka bersedia melindungi citra itu dengan menghindari perilaku yang mengarah pada imej feminin.
Dia lalu menyimpulkan, pemikiran ini dapat membuat pria menghindari kegiatan ramah lingkungan untuk mempertahankan rasa maskulinitas mereka.
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif