
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Seorang remaja perempuan 17 tahun berhasil menjadi perhatian setelah membuat gaun dari lakban. Berkat gaun tersebut, ia juga memenangkan beasiswa ratusan juta rupiah.
Melansir Fox News, remaja bernama Lasissa Leon tersebut mengikuti kontes bernama Stuck at Prom Scholarship Contest. Kontes itu diadakan merek lakban Duck Brand.
Lewat kontes tersebut, Larissa perlu membuat busana prom yang berbahan dasar lakban. Total, remaja ini menghabiskan total 47 gulung lakban untuk membuat gaun prom miliknya.
Gaun prom milik Larissa Leon terinspirasi dari gaun folklorico khas Meksiko. Karena terbuat dari lakban, Larissa mengungkap bahwa gaunnya memiliki berat hingga 9 kg.
Baca Juga
-
Bos MS Glow Tambah Koleksi Tas Mewah, Harganya Capai Lebih dari Rp1 Miliar
-
3 Faktor Sukses K-Beauty, Inspirasi Pengembangan Produk Kecantikan Lokal
-
Cuma Main TikTok, Sarwendah Jadi Omongan gara-gara Pakai Selimut Rp13 Juta
-
Yuk, Intip 6 Negara dengan Seragam Atlet Termodis di Olimpiade Tokyo 2020
-
Hindari Warna Biru dan Hijau untuk Baju Renang Anak, Ini yang Dikhawatirkan
-
Kelihatannya Sederhana, Harga Dress Dua Lipa Ini Ternyata Nyaris Rp100 Juta
Tidak hanya itu, setiap detail gaun seperti pita, bunga, hingga kerutan juga dibuat sepenuhnya dari lakban.
Untuk melengkapi gaun tersebut, remaja ini juga membuat tas, mahkota bunga, anting, dan sepatu dari lakban. Kerja kerasnya ini sukses membuat Larissa keluar sebagai pemenang.

Demi membuat gaun tersebut, Larissa menyebut bahwa ia butuh waktu hingga 163 jam. Sementara, harga lakban dari Duck Brand berkisar antara USD 4 hingga USD 7 (sekitar Rp58 ribu hingga Rp 101 ribu).
Berkat gaun tersebut, Larissa menjadi pemenang utama Stuck at Prom Scholarship Contest. Ia mendapat hadiah beasiswa USD 10.000 atau Rp145 juta.
"Aku tahu aku ingin melakukan sesuatu yang besar, sesuatu yang pernuh warna, bukan hanya sekadar gaun. Aku ingin itu merepresentasikan diriku dan menjadi bagian diriku karena aku tidak mau gaun prom biasa," ungkapnya.
"Aku ingin ini menjadi bagian diriku. Jadi, aku mengambil banyak inspirasi dari budaya Meksiko dengan dansa folkloric dan gaun yang mereka gunakan."
Setelah mendapatkan beasiswa tersebut, Larissa berencana mendaftar ke University of Washington dan Universiry of California.
Meski begitu, Larissa sendiri mengungkap bahwa cita-citanya adalah menjadi dokter kulit alih-alih seorang desainer baju.
Larissa Leon mulai berminat untuk mengikuti Stuck at Prom Scholarship Contest sejak tahun 2010 silam. Saat itu, karya seni dengan menggunakan lakban sedang populer.
Di sisi lain, Larissa memang suka merajut, menjahit, dan melakukan proyek DIY (do it yourself) lainnya sejak kecil. Dengan begitu, ia punya banyak waktu berlatih mendesain dengan lakban.
"Larissa selalu kreatif dan artistik sejak kecil. Dia selalu melakukan proyek karya seni, desain, atau melakukan ekspresimen," ujar ibu Larissa.
Sang ibu juga menambahkan bahwa gaun itu selesai dalam rentang 3 bulan. Selama itu pula, rumah mereka dipenuhi lakban dan Larissa sampai rela tidak tidur.
"Aku kagum dengan hasilnya dan bagaimana gaun itu terlihat seperti dibuat dari kain asli dari kejauhan," tambah ibu Larissa.
"Ini membuatku sangat bahagia dan bangga untuk mengetahui bahwa hasil kerjanya terbayarkan dan orang-orang melihat gaun cantik yang dibuatnya ini," lanjut sang ibu.
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif