
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Tak sedikit orang yang rela melakukan oplas atau operasi plastik untuk mendapat bentuk tubuh idaman. Meski begitu, ada beberapa efek samping negatif yang kerap dialami setelah oplas.
Belum lama ini, seorang model mengaku tidak menyesal meski sudah melakukan oplas seharga USD 36.000 atau sekitar Rp517 juta. Padahal, efek samping oplas cukup parah.
Melansir Daily Star, wanita yang memilih dikenal dengan nama Kazumi Squirts itu telah melakukan berbagai macam prosedur oplas.
Kazumi yang berusia 24 tahun sudah lama merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuh. Saat ikut kontes kecantikan saat remaja, ia diberitahu untuk menurunkan berat badan.
Baca Juga
-
Prediksi Tren Kecantikan 2022, 10 Bahan Alami Skincare yang Semakin Populer
-
Cari Jodoh di Aplikasi Kencan Online, Hindari 5 Kesalahan Sepele Ini
-
Bisa Jadi Tanda Datangnya Masalah Besar, Berikut 5 Arti Mimpi Ulang Tahun
-
Jarang Dipamerkan, Rambut Asli Khloe Kardashian Sukses Bikin Terpana
-
Mewah, Paris Hilton Punya Koleksi Tas Hermes Khusus Berhias 60 Ribu Kristal
-
Mengadopsi Tradisi Luluran untuk Kulit Wajah Sehat, Ini 4 Manfaatnya
"Aku selalu tidak percaya diri dengan ukuran tubuhku dan sudah mencoba segalanya untuk menurunkan berat badan."
"Aku punya tubuh kurus saat tumbuh besar tapi ketika umurku 19 tahun, aku ikut kontes kecantikan dan itu adalah pertama kalinya penampilanku dihakimi," ungkap Kazumi.

Karena kehilangan rasa percaya diri, Kazumi memilih beralih ke operasi plastik. Ia juga sempat diberitahu untuk mengubah bentuk tubuh saat ikut kontes tersebut.
"Aku diberitahu aku perlu menurunkan berat dan bagian tertentu dari tubuhku perlu diubah."
"Aku menjadi lebih memperhatikan tubuhku setelahnya. Pengalaman itu sebenarnya membuatku mengalami kenaikan berat badan."
Kazumi sendiri sebenarnya ingin punya bentuk tubuh feminim dan memiliki lekukan pada tubuh.
Sebelum oplas pada bokong, Kazumi juga sudah menjalani operasi payudara. Setelah itu, ia melakukan sedot lemak dan Brazilian butt lifts (BBL).
Meski begitu, oplas BBL yang dilakukannya pada April 2021 tersebut ternyata memiliki efek samping. Kini, Kazumi tidak bisa duduk.
"Itu adalah hari paling mahal dan aku merasa seperti habis ditabrak mobil, tapi itu sepadan," ungkap wanita 24 tahun ini.
"Sebelum operasi, aku gugup soal rasa sakitnya tapi aku bersemangat soal bagaimana aku akan terlihat setelah mendorong rasa takut itu."
Awalnya, Kazumi memperkirakan jika pembengkakan akan hilang dalam waktu 3 bulan. Namun, hingga sekarang Kazumi masih tidak bisa duduk setelah oplas bokong.
Wanita ini pun mengaku bahwa ia terpaksa melakukan segalanya sambil berdiri, termasuk buang air besar dan kecil. Selain itu, Kazumi berencana untuk tidak duduk selama setahun.
"Memberikan tekanan pada pinggul atau bokongku berisiko menghancurkan lemak yang ada jadi aku ingin melihat apakah aku bisa menjalani setahun tanpa duduk."
"Melakukan BBL dan operasi lainnya adalah hal terbaik yang pernah kulakukan dan aku tidak menyesalinya," tambahnya.
Kazumi Squirts sendiri sekarang mencari uang lewat situs dewasa OnlyFans. Meski menghabiskan jutaan rupiah untuk oplas, wanita ini menyebutkan bahwa dirinya bisa memperoleh uang kembali lewat situs dewasa tersebut.
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif