Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Baju etnik atau busana tradisional semakin digemari anak muda masa kini. Kondisinya disebut sudah sangat jauh berbeda dibanding 10 tahun yang lalu.
Vice Executive Chair Indonesia Fashion Chamber (IFC) Riri Rengganis mengatakan, hal itu tak lepas dari inovasi para desainer yang juga semakin berani memadukan unsur tadisional dengan modern.
"Baju tradisional Indonesia makin kontemporer. Mungkin beberapa tahun kemarin itu udah banyak keluar brand yang sifatnya etnik dan keren-keren, tapi sekarang trennya adalah semakin sustainable karena memang nggak bisa lepas dari sustainable dan budaya," ungkap Riri Rengganis, dikutip dari Suara.com.
Gerakan baju etnik dengan nuansa modern bahkan kompak dilakukan banyak desainer. Menurut Riri, desainer tidak lagi cuma berlomba-lomba membikin gaun cantik atau jas keren. Pasalnya, bagaimanapun kedua jenis pakaian tersebut identik dengan budaya barat.
Baca Juga
-
5 Gaya Outfit Berhijab Feni Rose, Pashmina Jadi Andalan
-
6 Gaya Outfit Zaskia Sungkar, Hijab Bukan Penghalang Fashionista
-
5 Gaya Maria Theodore Pakai Outfit Putih, Kekasih Jefri Nichol yang Curi Atensi
-
6 Gaya Fuji Pakai Celana Cargo, Simpel dan Nyaman untuk Beraktivitas Seharian
-
5 Ide Couple Outfit, Contek Gaya Kompak Rizky Febian dan Mahalini
Kini semakin banyak yang sadar untuk menghadirkan koleksi berbasis kebaya yang tampak modern tanpa menghilangkan unsur budaya di dalamnya. Langkah itupun mendapat disambut positif oleh masyarakat.
"Ternyata laku juga, akhirnya semua ikutan dan itu gerakannya kayak bareng-bareng dalam waktu 10 tahun terakhir. Terasa sekali unsur budaya itu jadi kekuatan banget. Tinggal kita saling mengingatkan bahwa produk yang berbasis kultur itu tetap harus dijaga kualitasnya, supaya tetap mau dipakai semua orang dan terjangkau harganya," paparnya.
Riri menyadari, baju etnik, termasuk batik dan tenun, cenderung lebih mahal daripada produk fast fashion. Hal ini pada dasarnya juga berkaitan dengan proses pembuatannya yang relatif lama.
Walau demikian, para pengrajin juga terus mencari solusi dan alternatif agar harga produk yang dihasilkan bisa lebih terjangkau.
"Misalnya, desainer bisa berinovasi menggunakan batik cap. Bisa dikreasikan dengan kontemporer, lebih simpel, otomatis lebih murah, lebih terjangkau juga," tutur Riri.
Terkini
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?