Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Batik dikenal sebagai salah satu warisan budaya khas Indonesia. Cara pembuatannya dengan canting, dengan motif ekslusif nan rumit, kerap membuat satu kain batik dibanderol jutaan rupiah.
Hal itu diungkap oleh Founder sekaligus Ketua Umum Perempuan Pelestari Budaya Indonesia (PPBI), Diah Kusumawardani Wijayanti.
"Kalau tahu prosesnya, misalnya harga satu kain batik Rp1,5 juta, itu dikerjakan setahun, bayangkan sebulan hanya dapat berapa pengrajinnya? Kadang-kadang orang tidak memahami," kata Diah saat datang ke kantor Dewiku, Selasa (6/2/2024).
Lantaran dibuat secara manual dengan tangan menggunakan canting, motif batik rata-rata sangat otentik dan ekslusif.
Baca Juga
-
Kawula Muda Jangan Golput di Pemilu 2024! Yuk, Tentukan Pilihanmu Lewat Kuis Ini!
-
Rilis Sepatu Heel dan Wedge Sneaker, Converse Gandeng Seniman Perempuan
-
Apa Itu Sustainable Beauty? Begini Cara Menerapkannya untuk Pemula
-
Social Commerce Penting untuk Usaha Kecil Menengah, Ini Alasannya
-
Apa Itu Skincare Molekuler? Diklaim Efektif Menyehatkan Kulit Wajah
-
Happy Asmara Jalan-Jalan ke Milan, Tas Mewahnya Curi Perhatian
"Karena batik itu motifnya tidak akan didapatkannya sama. Meskipun sama, tidak akan 100 persen karena ini bukan pabrik. Makanya itu harus diedukasi kalau namanya batik itu pakai canting," imbuh Diah lagi.
Hal serupa disampaikan oleh Pemerhati Batik Dave Tjoa. Ia menekankan bahwa nilai seni yang tinggi dari kain batik ialah proses pembuatannya yang panjang serta motif yang sarat makna dan sejarah.
Bagi orang yang memahami batik, satu kainnya saja bisa dibanderol hingga ratusan juta rupiah untuk motif lawas. Menurut Dave, kain batik yang selama ini sering dibanderol harga mahal adalah kain batik Pekalongan.
Batik Pekalongan memiliki ciri khas motif berbentuk garis-garis tegas. Garis-garis itu yang biasanya akan menghasilkan corak seperti bunga-bunga kecil dan dedaunan.
"Pekalongan itu tetap mendominasi peringkat tertinggi dari batik lawas, karena melihat sejarahnya juga yang cukup panjang," ungkap Dave.
Batik Lasem juga sebenarnya juga dibanderol harga fantastis. Hanya saja, menurut Dave, jumlah kain batik lawas dari Lasem tidak sebanyak dari Pekalongan.
"Batik Lasem itu memang untuk batik tua amat sangat jarang. Tapi kalau kita mau bandingkan secara daerah mana yang sangat populer untuk batik lawas dari zaman dulu dari tahun 1800-an itu Pekalongan," pungkasnya.
(Lilis Varwati)
Terkini
- Grainsly Ground dan Revolusi Kulinernya: Ketika Makanan Sehat Jadi Tren
- Rekomendasi Tempat Buka Puasa 2025: Quba Ramadan Pop-Up Resto Hadirkan 70 Menu Istimewa
- Dari Selfie Corner hingga Cheer Zone, Sociolla Bestie Pink Run 2025 Lebih dari Sekadar Fun Run!
- Mindful Eating, Kebiasaan Sehat yang Bisa Ubah Cara Kamu Menikmati Makanan
- Tingkat Kesuburan Warga Jakarta Menurun Drastis, Apa Penyebabnya?
- Di Aksi #Indonesia Gelap, Para Perempuan Suarakan Keadilan untuk Pekerja Rumah Tangga
- #IndonesiaGelap: Saat Ribuan Massa Tuntut Pemerintah Tak Mainkan Kebijakan
- Buruh Pabrik Dapat Nilai SKD Tertinggi, Kisah Tri Cahyaningsih Yang Gagal CPNS Karena Tinggi Badan
- Dilema Suami dalam Poligami: Perasaan Bersalah yang Tak Berujung
- 1001 Nights of Ramadan Sedayu, Tawarkan Menu Iftar dari Berbagai Negara