Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sahabat Dewiku yang punya batik, terutama yang berbahan polyester, wajib tahu nih! Simak yuk, penjelasan Pemerhati Batik, Dave Tjoa, mengenai hal ini.
Rupanya, batik pada jenis kain mengkilap sudah pasti bukan batik asli melainkan batik printing. Hal itu diungkap oleh pemerhati batik sekaligus desainer, Dave Tjoa.
Kata Dave, batik asli hanya bisa diolah dengan alam, yaitu pada kain katun dan sutra. Sementara kain sintetis seperti sifon dan polyester, hanya mungkin untuk menjadi media batik printing.
Baca Juga
-
Terungkap! Ternyata Ini Syarat Pratama Arhan Boleh Menikah dengan Azizah Salsha
-
Annisa Pohan Pernah Curhat Susahnya Jadi Istri TNI, Sempat Ditinggal AHY Setahun
-
25 Ucapan Valentine Khusus Pejuang LDR, Jauhnya Jarak Bukan Penghalang Cinta
-
5 Seleb Ini Nyoblos Duluan di Luar Negeri, Salah Satunya Ivan Gunawan
-
4 Zodiak Ini Lebih Rajin Bekerja setelah Menikah, Makin Semangat Cari Duit
-
Kisah Cinta Ayu Ting Ting, Perjalanan Penuh Liku Berujung Perjodohan Indah
Dia membenarkan bahwa batik asli tidak mungkin dibuat menggunakan kain polyester yang berbahan dasar plastik.
Hal itu terjadi karena kain polyester tidak bisa diwarnai dengan cairan malam maupun pewarna alami lainnya.
Selain itu, kain polyester juga berisiko hancur jika dipaksa dipakai untuk membatik yang asli karena dalam prosesnya kain perlu direbus.
"Jadi beli kemeja batik bahan polyester sudah pasti printing. Itu udah gak mungkin yang kilap-kilap bahan sintetis itu tidak akan menyerap dengan bagus dan juga kalau batik asli harus direbus, (cairan) malam juga panas, proses itu akan merusak bahan yang mengandung plastik," ujarnya.
Pada prosesnya, batik asli dibuat menggunakan canting dan malam, serta dilakukan secara manual oleh tangan manusia.
Dave menjelaskan bahwa pembuatan batik yang benar telah diakui oleh UNESCO. Itu pun hanya tiga yaitu batik tulis, batik cap, dan batik cap tulis.
Soal batik printing, Dave juga punya pandangan khusus.
"Kita tidak bisa menyebutnya dengan batik printing. Tapi kita harus menyebutnya dengan tekstil motif batik karena itu bukan batik," tegas Dave.
Itu sebabnya, Dave mengingatkan agar masyarakat jangan sampai tertipu harga kemeja yang sebenarnya hanya motif batik, tetapi diberi harga seperti batik asli.
Dave tidak memungkiri kalau produk batik printing masih banyak ditemui di pasaran. Dia juga tidak bisa sepenuhnya melarang masyarakat untuk membeli.
Hanya saja, Dave berpesan agar lebih teliti dalam membeli dan bisa membedakan antara kemeja batik asli dan tidak.
"Kalau urusannya sudah kocek kita nggak bisa bicara lebih jauh. Tapi paling tidak, kita mengedukasi yang kamu beli itu bukan batik, itu adalah printing."
"Jeleknya terkadang di pasar itu disebut printing sebagai batik, inilah yang menyesatkan. Makanya di manapun saya selalu bilang teliti sebelum membeli, periksa apakah itu batik atau tidak," pungkasnya.
(Lilis Varwati)
Terkini
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?