Sabtu, 09 Februari 2019 | 10:00 WIB
Kain tenun merupakan salah wastra nusantara warisan nenek moyang. Beberapa daerah memiliki kain tenun dengan motif khas sehingga menjadi pembeda dengan daerah lainnya. Salah satunya tenun ikat sikka yang berasal dari kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Direktur Eksekutif Sahabat Cipta, Dollaris Riauaty (Waty), mengatakan tenun ikat sikka merupakan warisan leluhur sebelum abad ke-12 yang dipengaruhi oleh pedagang dari India, Cina, Gujarat dan Portugis. Itulah mengapa penamaan motifnya pun memiliki kaitan dengan negara-negara tersebut.
''Tenun ikat Sikka dahulu terutama digunakan untuk menutupi tubuh. Warisan leluhur nenek moyang menggunakan bahan alam untuk menutupi tubuh. Kemudian digunakan juga untuk upacara adat, mulai dari lahiran, perkawinan sampai kematian. Pesta adat semua pakai. Ada motif tertentu untuk upacara adat,'' kata Waty, dilansir dari Suara.com, Jumat (8/2/2019) kemarin.
Baca Juga: Ternyata Habis Rp60 Juta, Shandy Purnamasari Syok saat Jajan Skincare
Motif tenun ikat sikka sendiri identik dengan motif flora atau tanaman seperti bunga mawar. Namun, ada juga motif binatang seperti tokek dan kuda.
Motif yang indah dan khas inilah yang membuat kain tenun sikka telah dilindungi kekayaan intelektualnya melalui Indikasi Geografis dengan sertifikat ID G 000000056 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM pada 8 Maret 2017 lalu.
''Indikasi geografis ini yang membuat tenun sikka menjadi tenun yang pertama di Indonesia yang memperoleh perlindungan hukum kekayaan intelektual,'' ungkap Waty.
Baca Juga: 3 Tas Branded Favorit Mahalini, Harganya di Bawah Rp100 Juta
Waty lalu mengatakan untuk kain tenun ikat sikka sendiri dibanderol sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta dengan ukuran kain 2,5 meter x 70 sampai 80 sentimeter. Harganya yang cenderung mahal itu dipengaruhi proses pewarnaan tenun sikka yang sebagian besar menggunakan pewarnaan alam.
''Terutama dari akar dan daun tumbuhan, misalnya daun kelor. Ada pula yang dari buah yaitu mengkudu. Penggunaan pewarna alam sudah main masif. Karena itu yang disukai konsumen apalagi dengan isu lingkungan,'' terang Waty.
Warna tenun ikat sikka cenderung menggunakan warna bumi seperti cokelat dan hitam. Namun, kini sudah semakin berkembang dengan menghadirkan warna-warna soft sampai warna cerah.
Waty pun menyarankan agar menggunakan sampo ketika mencuci pakaian berbahan tenun sikka. Penggunaan deterjen harus dihindari karena akan merusak warna kain.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Merek dan Indikasi Geografis, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM, Fathlurachman memaparkan pemerintah mendorong pendaftaran kekayaan intelektual untuk produk-produk asli Indonesia yang memiliki kekhasan dan keunikan karena kondisi geografisnya.
Baca Juga: Si Paling Introvert, Nicholas Saputra Tak Pernah Kesepian saat Sendirian
''Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing produk yang bersertifikat Indikasi Geografis sedemikian rupa sehingga memberi dampak pada peningkatan harga jual produk yang akhirnya akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat penenun dan pelaku kreatif Tenun Ikat Sikka serta untuk pelestarian lingkungan, dengan memproduksi Tenun Ikat Sikka yang menggunakan bahan alam,'' tutur dia. (Suara.com/Firsta Nodia)