Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Kasus kekerasan anak menimpa boyband asal Korea Selatan, The East Light. Mereka kini tengah berjuang untuk mendapatkan keadilan setelah sekian lama menerima kekerasan fisik maupun psikologis, bahkan sejak sebelum debut.
Member The East Light dilaporkan mengalami kekerasan dari produser Yoon Young Il dan CEO Media Line Entertainment, Kim Chang Hwan hingga tahun lalu.
Pihak agensi sendiri mengaku sudah menindak produser bersangkutan. Namun, mereka membantah keterlibatan sang CEO.
Para member The East Light yang masih di bawah umur awalnya bungkam. Namun, kasus kekerasan anak tersebut akhirnya terungkap setelah ayah dari salah seorang member curiga karena menemukan memar di tubuh putranya.
Baca Juga
Bentuk kekerasan yang dialami The East Light sangat beragam. Mereka tidak hanya menerima makian dan kata-kata kasar, tetapi juga dipukul dan bahkan diancam bakal dibunuh setiap dianggap melakukan kesalahan.
Berkaca dari kejadian tersebut, apakah dampak yang mungkin dialami para remaja ini selain bekas luka secara fisik?
Selama ini mereka tampil di depan layar kaca seolah tidak terjadi apa-apa. Dilansir dari Himedik.com, para figur publik memang dituntut berpenampilan sempurna dan terlihat ceria di depan kamera. Para penggemar bisa jadi tertipu dan tidak menyadari jika idola mereka sebenarnya tengah sakit, sedih, atau menderita.
Stres dan depresi juga seakan bukan hal asing lagi bagi para artis ternama. Beberapa di antara mereka bahkan memilih jalan pintas dengan melakukan bunuh diri.
Untungnya, The East Light memilih solusi yang lebih bijak. Mereka mengambil jalur hukum untuk mengakhiri penderitaan.
Namun, masalah tidak lantas selesai setelah si pelaku mendapatkan ganjaran secara hukum. Para korban harus terus didampingi secara psikologis karena sudah pasti mengalami trauma.
Trauma yang dialami korban kekerasan perlu ditangani secara khusus, apalagi jika korbannya masih di bawah umur. Mereka sangat rentan mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa, seperti menurunnya tingkat kepercayaan diri, perasaan insecure, hingga gangguan kecemasan.
Korban kekerasan juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan akibat sakit hati yang berlarut-larut dan keinginan balas dendam. Di Indonesia sendiri, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pernah mengungkapkan jika 70% korban kekerasan berpeluang menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari.
Melihat dampaknya yang begitu besar dan kompleks, mari kita lebih responsif terhadap penanganan kasus kekerasan anak. Semoga The East Light ke depannya juga selalu baik-baik saja.
Tag
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri