Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Lisa Brennan-Jobs mungkin tidak setenar anak Steve Jobs yang lain, tapi kehidupannya yang jauh dari sorot media justru menarik untuk diketahui. Sebagai anak yang sempat tidak diakui oleh ayahnya, Lisa menghadapi masa-masa yang cukup sulit. Dia bahkan harus memalsukan tanda tangan ayahnya ketika kuliah di Harvard.
Steve Jobs dan ibu Lisa, Chrissan Brennan, berpacaran sejak SMA. Mereka menghabiskan masa muda dan tinggal bersama di Oregon Commune. Pada pertengahan tahun 1978, Lisa lahir. Sayangnya, Steve Jobs enggan mengakui dirinya sebagai anak kandung pendiri Apple tersebut.
Menurut Lisa, seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan Business Insider, ayahnya sangat gugup dan memilih untuk tidak mengakui kelahirannya sebagai anak kandung.
Meski begitu, pada hari Lisa dilahirkan, Steve Jobs sempat mengunjungi ibu dan dirinya di rumah sakit. Mereka bahkan sepakat untuk memberi nama Lisa pada anak yang baru saja dilahirkan. Nama inilah yang bertahan dipakai oleh Lisa hingga saat ini.
Baca Juga
Namun jangan dikira Steve mau mengakui kehadirannya begitu saja. Pria yang terkenal ketus dan bersikap dingin ini memilih untuk mengingkari nalurinya sebagai ayah dan meneruskan ambisinya untuk mengembangkan Apple.
Hingga pada akhirnya Steve melakukan tes DNA dan hasilnya menyebutkan jika dia adalah ayah kandung dari Lisa. Saat itulah sikapnya mulai berubah.
Bahkan salah satu perangkat komputer Apple ada yang diberi nama Lisa. Hanya saja, dia mengungkari jika nama itu diambil dari buah hatinya, melainkan hanya singkatan dari Local Integrated Systems Architecture.
Lisa menghabiskan masa kecil hingga remaja bersama ibunya. Perlahan, hubungan ayah dan anak yang dingin ini mulai mencair. Menurut buku biografi yang ditulis oleh Walter Isaacson, Steve Jobs kerap mengunjungi Lisa saat dia tinggal di San Mateo.
Kunjungan tersebut semakin meningkat intensitasnya. Steve mulai mengenalkan Lisa pada rekan-rekannya dan mengajak Lisa untuk bepergian. Saat SMA, Lisa bahkan tinggal bersama ayahnya.
Meskipun saat bersama sang ayah Lisa hidup bergelimang harta, tapi dirinya mengaku merindukan masa-masanya yang dulu, yakni ketika dia hidup sederhana bersama ibunya.
Setelah lulus SMA, Lisa melanjutkan kuliah di kampus populer Harvard. Ia bahkan pernah memalsukan tanda tangan ayahnya karena mereka tidak tinggal dalam satu kota saat itu.
Kehidupan masa kuliah membuatnya kritis dan rajin membuat tulisan-tulisan terkait akademik, kloning, dan penggunaan alkohol di kampus. Ia juga menghabiskan satu tahun di King’s College London.
Kini Lisa tumbuh menjadi wanita dewasa yang telah matang. Ia memilih bekerja sebagai penulis dan hasil karyanya dapat ditemui dalam beberapa media terkemuka seperti Vogue dan Oprah Winfrey Magazine.
Aaron Sorkin, seorang narasumber yang pernah bekerja sama dengan Lisa saat menggarap skenario film tentang biografi ayahnya berkata jika Lisa sangat mencintai ayahnya.
''Lisa tidak pernah menyampaikan sosok ayahnya dengan berlebihan, tapi dari caranya bercerita, bisa terlihat bagaimana ia sangat mencinta ayahnya.'' ujar Aaron Sorkin.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri