Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Seorang gadis Asia asal menuliskan perjuangan menghadapi bullying selama bertahun-tahun. Dia menjadi korban bullying setelah keluarganya pindah dari Korea Selatan ke California ketika usianya masih 8 tahun.
Kini, gadis bernama Jin Hyun ini masih menetap di sana. Namun, dia telah tumbuh lebih dewasa dan menjadi pribadi yang lebih kuat.
Jin Hyun yang tidak menyebutkan umurnya ini bercerita bahwa dia sering menerima perlakuan kasar dari teman-teman yang notabene merupakan orang Amerika. Hal itu karena dia memiliki ciri fisik berbeda, terutama warna kulit dan bentuk mata.
''Aku benar-benar tidak menyangka jika warna kulit dan bentuk mataku menjadikanku sulit bersosialisasi,'' ungkapnya seperti yang dilansir dari Next Shark.
Baca Juga
Belum lagi, kendala bahasa membuat Jin Hyun sulit bersosialisasi pada masa-masa awal kepindahannya. Ini membuatnya kesulitan membela diri dan masa kecilnya pun dipenuhi oleh olok-olok dari teman. Dia berubah menjadi manusia nomor 2 dalam pergaulannya.
Menghadapi situasi ini, Jin Hyun kecil kemudian berkesimpulan jika dia menguasai bahasa mereka, keadaan akan menjadi lebih baik.
Jin Hyun pun belajar bahasa Inggris dengan giat hingga dalam waku kurang dari setahun dia sudah lancar berkomunikasi dengan teman-temannya. Namun, ternyata bukan itu solusinya.
Meskipun dia menggunakan bahasa yang sama --bahkan berpakaian ala Amerika-- lingkungan tetap mendeskriminasikannya. Guru di sekolah pun tidak bisa diharapkan. Tidak ada yang bisa membantunya agar dia diperlakukan sama seperti yang lain.
Beranjak dewasa, Jin Hyun semakin kebal dengan perlakuan yang memarginalkan dirinya karena berstatus anak Asia.
Jika ketika masih kecil dulu, dia sering disuruh berperan sebagai kursi (iya, benar-benar kursi dalam arti sebenarnya) saat bermain rumah-rumahan, maka semakin dewasa, jenis bullying yang dia terima semakin berbeda dan semakin 'halus', tidak lagi menyentuh fisik seperti dulu waktu dia kecil.
Meski begitu, tetap saja semuanya membekas dalam ingatan. Menjadi korban bullying memang tidak pernah terasa mudah.
Jin Hyun masih ingat, saat masuk perguruan tinggi, dia melihat seorang siswa laki-laki diserang secara fisik. Alasannya? Lagi-lagi hanya karena dia anak Asia. Di sanalah Jin Hyun sadar, dia tidak sendirian. Banyak anak Asia lain yang bernasib serupa.
Melalui surat terbuka itu, Jin Hyun kemudian memberi semangat bagi anak Asia lainnya agar tetap kuat menghadapi situasi ini. Dia menekankan, mereka tidak sendiri.
''Untuk anak Asia lainnya yang jadi korban bullying, setelah beberapa waktu kamu akan sadar bahwa pengalaman-pengalaman ini bukanlah titik kelemahan, melainkan pengalaman belajar yang membuatmu jauh lebih kuat daripada rekan-rekan lainnya,'' ujar Jin Hyun.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri