Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Seorang tukang cukur rambut menjadi penyelamat bagi pria 54 tahun. Semua itu berkat diagnosis awal mengenai benjolan di kepala yang ternyata adalah kanker.
Pria beruntung itu bernama Adam Shatford dan si tukang cukur yang punya insting layaknya dokter tersebut adalah Erinna Lindfield.
Dilansir dari Fox News, Adam yang merupakan instruktur mengemudi di Inggris memanfaatkan waktu luangnya untuk cukur rambut karena muridnya tak hadir. Hanya saja ketika menyisir rambut Adam, sang tukang cukur malah curiga dengan tahi lalat di telinga kiri Adam.
''Saya pergi dari sini (salon) lalu menelepon dokter, dan dalam waktu dua jam, seorang dokter meminta saya untuk datang,'' ungkap Adam.
Baca Juga
''Jika Erinna tidak pernah mengatakan 'kamu perlu memeriksanya', aku tidak akan pernah menelepon dokter,'' kata dia lagi.
Setelah pemeriksaan menyeluruh, Adam didiagnosis dengan stadium melanoma tahap 3. Ia lalu menjalani operasi untuk menghilangkan kanker serta benjolan kanker tambahan yang ditemukan di dahinya. Bulan lalu, dia juga menjalani operasi untuk mengangkat kelenjar getah beningnya.
Menurut Skin Cancer Foundation, melanoma adalah bentuk kanker kulit yang paling berbahaya dan sering menyerupai tahi lalat atau berkembang dari tahi lalat. Sebagian besar melanoma berwarna hitam atau cokelat, meski ada juga yang berwarna kulit, merah muda, merah, ungu, biru, atau putih.
Penyebab utamanya adalah paparan sinar UV, apalagi jika pasien memang rawan terhadap penyakit tersebut secara genetis.
Adam sendiri merupakan pelari aktif dan dia mengaku selama ini tidak memiliki gejala tambahan sebelum didiagnosis kanker.
''Itu pasti matahari yang mempengaruhi pigmen orang secara berbeda. Saya telah diberitahu, alasannya sangat berbahaya adalah karena kamu tidak akan jatuh sakit sampai penyakit itu berkembang.''
Adam pun berterima kasih atas diagnosis si tukang cukur. Dia bahkan membelikan Erinna hadiah sebagai ungkapan syukur. ''Saya sangat beruntung. Saya bisa saja mengabaikan saran Erinna, tetapi saya memilih untuk menelepon, dan dokter bedah serta dokter lainnya membayar upeti kepada Erinna.'' (Himedik.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri