Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Angka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di banyak negara muncul dalam jumlah yang cukup memprihatinkan. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data yang dicatat oleh lembaga terkait pada 2017 lalu saja mencapai lebih dari 335 ribu kasus.
Di negara maju seperti Inggris dan Wales, jumlah korban kekerasan mencapai 2 juta orang dalam setahun terakhir. Hal ini tentu sangat disayangkan, apalagi kasus KDRT yang disertai oleh penganiayaan fisik sering sulit teridentifikasi oleh orang-orang terdekat.
Korban kekerasan kebanyakan adalah perempuan. Mereka umumnya ragu atau tidak berani berbicara secara terbuka sehiangga orang-orang tidak mengetahui bagaimana harus membantu mereka.
Namun, sejumlah organisasi kemudian menawarkan saran tentang bagaimana dapat membantu korban KDRT dengan cara yang empati dan non-konfrontatif.
Baca Juga
Berikut adalah saran untuk membantu korban kekerasan dari Refuge dan Women's Aid, dilansir dari The Independent.
1. Sabar untuk menunggu mereka bercerita
Kamu tidak harus menunggu-nunggu seseorang untuk memberimu tentang KDRT yang dialaminya. Namun, lebih baik sediakan waktu-waktu khurus dan biarkan korban KDRT mengatakannya beberapa kali hingga mereka merasa benar-benar nyaman untuk curhat.
Hal ini cukup penting, mengingat dibutuhkan kekuatan dan keberanian besar bagi korban KDRT untuk berdamai dengan pelecehan yang dialami. Saat mereka mulai terbuka, jangan menekan mereka untuk secara rinci dan detail menceritakan semuanya. Itu bisa membuat mereka merasa tidak nyaman.
2. Jangan menekan korban untuk langsung meninggalkan pasangannya
Bagi kamu yang tidak mengalami, mungkin satu-satunya jalan keluar terbaik adalah meninggalkan pasangan yang kasar. Namun, perkara itu sangat kompleks bagi para korban kekerasan.
Sangat sulit bagi korban untuk pergi begitu saja. Mungkin saja pelaku memiliki kendali penuh atas keuangan mereka atau telah memanipulasi pikiran mereka sehingga tidak bisa pergi begitu saja.
Mengkritik seseorang karena tinggal dengan pasangan yang kasar cenderung hanya memperburuk kondisi. Korban malah bisa jadi menjauh karena malu.
''Penting untuk diingat bahwa meninggalkan pasangan yang kasar membutuhkan banyak kekuatan dan keberanian,'' ujar Sian Hawkins, pemimpin kampanye Women's Aid.
''Seringkali ada banyak penghalang bagi korban untuk meninggalkan pasangannya yang kasar, apakah itu karena mereka takut dengan apa yang akan dilakukan pelaku jika dia mencoba pergi, atau korban mungkin memiliki anak atau rumah bersama untuk dipikirkan.''
''Mereka memikirkan dampak jangka panjang dari sehingga berpikir bahwa meninggalkan pelaku tampaknya bukan hal yang tepat,'' ujar Hawkins.
3. Menemani korban
Jika mereka dilecehkan secara fisik, tawarkan untuk pergi bersama mereka ke dokter umum atau rumah sakit setempat. Jika mereka ingin melaporkan serangan ke polisi, tawarkan bantuan kepada mereka. Demikian pula saat mereka memilih untuk mencari bantuan dari pengacara. Korban butuh ditemani.
4. Dorong korban untuk terhubung dengan orang terdekat
Pelaku kekerasan biasa mencoba mengisolasi korban dari teman dan keluarga mereka. Menemukan cara untuk membantu korban selalu terhubung pada lingkaran orang-orang terdekat di sekitar mereka akan meningkatkan harga diri mereka dan membuat mereka merasa didukung serta dicintai.
5. Dorong mereka untuk menghubungi organisasi kekerasan domestik setempat
Saat membantu korban KDRT, ada banyak hal yang dapat dilakukan. Disarankan mendorong mereka untuk menelepon atau setidaknya membuat catatan ke organisasi yang menangani kasus-kasus ini. Minimal korban jadi tahu bahwa mereka memiliki dukungan rahasia yang tersedia 24 jam.
6. Yakinkan mereka bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas perilaku pasangannya
Salah satu taktik paling berbahaya dari pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah membuat para korban mempertanyakan persepsi mereka tentang realitas dan memanipulasi pikiran korban.
Yakinkan korban bahwa tidak ada orang yang pantas dipukuli, diancam, atau dikendalikan. Hal ini diharapkan mencegah mereka dari menyalahkan diri sendiri atas perilaku pasangannya. Perilaku pelaku kekerasan tidak bisa dibenarkan untuk alasan apapun.
7. Jaga dirimu dengan tidak berbicara dengan pelaku
Mendukung seseorang yang tengah menghadapi kasus KDRT bisa sangat melelahkan secara emosional. Hawkins kemudian menekankan pentingnya tetap menjaga diri sendiri.
''Penting diingat untuk tidak menempatkan dirimu dalam situasi berbahaya, termasuk mencoba berbicara dengan pelaku sendiri,'' kata dia.
Butuh proses yang panjang untuk membantu korban kekerasan, khususnya KDRT. Namun, ingatlah bahwa korban berhak mendapatkan hidup yang lebih baik. (Dinda Rachmawati)
Tag
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri