Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Zaman modern bikin semua orang memiliki ketergantungan terhadap teknologi. Tidak terkecuali urusan cari jodoh, situs kencan online menjamur dan menawarkan jasa perjodohan online untuk mendapatkan pasangan.
Cukup geser dan klik layar handpone untuk memilih calon pasangan kencan, maka teman kencan yang sesuai dengan keinginan pun bakal didapatkan.
Namun, tahukah kamu jika perempuan cenderung lebih selektif dalam mencari pasangan kencan online dibanding laki-laki?
Para peneliti dari Queensland University of Technology (QUT) meneliti lebih dari 41 ribu warga Australia pengguna situs kencan RSVP yang berusia 18 - 80 tahun. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Phychological Science ini menemukan bahwa perempuan berusia di bawah 40 tahun cenderung lebih selektif dalam memilih pasangan kencan online dibandingkan pria dengan rentang usia yang sama, dilansir Hello Sehat.
Baca Juga
Para peneliti memeriksa dengan saksama lebih dari 215 ribu hubungan asmara yang terjalin antar pengguna situs kencan online. Dari studi tersebut diketahui adanya perbedaan yang nyata antara pria dan wanita dalam menentukan kriteria pasangan dari situs kencan.
Wanita yang berusia 18-30 tahun (yang disebut sebagai masa puncak kesuburan) cenderung memilih calon pasangan kencan berdasarkan latar belakang pendidikan. Pada rentang usia itu, kebanyakan wanita mencari pasangan yang memiliki tingkat pendidikan yang setara atau lebih tinggi dari mereka. Wanita juga cenderung lebih terbuka tentang hal tersebut pada segala usia.
Sementara kebanyakan pria di usia yang sama tidak menentukan banyak kriteria saat memilih pasangan kencan dari situs online. Namun, prioritas pria dalam memilih pasangan kencan cenderung mengalami perubahan ketika mereka sudah menginjak usia 40 tahun ke atas. Pria malah jadi lebih selektif dalam memilih pasangan kencan dibandingkan lawan jenis mereka.
Rupanya ada alasan psikologis yang memengaruhi prioritas seseorang dalam mencari pasangan di situs kencan online.
Pada perempuan, alasan psikologis yang mendasarinya dipengaruhi oleh cara mereka memandang kualitas pendidikan seseorang. Dengan kata lain, perempuan menggunakan indikator pendidikan karena hal tersebut sering dikaitkan dengan status sosial dan kecerdasan. Keduanya merupakan kualitas yang paling sering dijadikan patokan dalam memilih pasangan hidup.
Sebaliknya, laki-laki menjadi lebih selektif dibandingkan perempuan pada saat usia 40 tahun karena standar kriteria mereka cenderung meningkat saat sudah berada di puncak karier.
Jadi intinya kalau kamu adalah seorang laki-laki berusia di bawah 40 tahun, besar kemungkinan perempuan sebayamu akan menilaimu dari status pendidikan. Sedangkan bila kamu seorang perempuan yang mencari pasangan berusia 40 tahun ke atas, kamu mungkin akan sedikit kesulitan karena banyaknya 'syarat' yang dituntut oleh laki-laki dalam rentang usia itu.
Cari pasangan kencan di situs online tak semudah yang dibayangkan
Mencari pasangan kencan di situs online sebenarnya gampang-gampang susah. Secara teknis mungkin dengan mudah memilih orang baru yang akan dijadikan calon. Namun, susah untuk menjalin dan mempertahankan hubungan tersebut dengan 'pasangan online' itu.
Bahkan, sebuah penelitian menyebutkan bahwa cari jodoh di situs online adalah hal yang sia-sia dan tidak begitu membantu. Para ahli pun menyimpulkan bahwa layanan cari jodoh online sebenarnya kurang akurat dalam mencocok-cocokan penggunanya. Lagipula, para ahli juga meyakini bahwa yang bisa memprediksi dan menilai kecocokan dirimu dengan orang lain hanya kamu sendiri, bukan mesin pencari jodoh.
Pasalnya, kebanyakan situs dan aplikasi kencan biasanya hanya mengira-ngira peluang kecocokanmu dan pengguna (user) lainnya dengan rumus algoritme tertentu. Rumus ini dikembangkan dengan mencocokkan data profil yang kamu isi dengan data profil pengguna lainnya.
Bagaimana menurutmu peluang mendapatkan jodoh dari situs kencan online? Kamu berminat cari pasangan online juga?
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri