Kamis, 13 Februari 2025
Rima Sekarani Imamun Nissa : Selasa, 04 Februari 2020 | 13:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Selingkuh dapat meninggalkan luka mendalam. Bukan hanya pasangan yang dikhianati, anak-anak pun kerap jadi korban.

Melansir Keepo.me, Jumat (31/1/2020) pekan kemarin, seorang pria di Tai'an, Jiangsu, China, meninggal dunia karena serangan penyakit. Ironisnya, setelah meninggal, dia justru mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari anaknya.

Dalam sebuah video yang juga ditayangkan di Shin Chew Daily, tampak sekelompok orang bergegas masuk ke sebuah kuil dan membuka peti mati. Tak disangka, mereka mengeluarkan jenazah pria itu dari peti mati lalu memukulinya.

Mereka terlihat marah dan berteriak, "Kau jahat selama hidupmu. Saat kau meninggal, aku tidak akan membuatnya menjadi lebih baik!"

Menurut warga setempat, pria yang meninggal ini punya satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Saat mereka masih kecil, pria itu selingkuh dan meninggalkan keluarganya.

Ilustrasi peti mati. (Shutterstock)

Parahnya, pria itu memilih hidup bersama pacarnya di desa yang sama selama lebih dari 40 tahun. Dia juga diketahui tak pernah membantu memenuhi kebutuhan keluarganya semasa hidup.

Setelah pria yang tak disebutkan namanya itu meninggal, sang selingkuhan langsung mengambil sertifikat kematiannya. Dia lalu seenaknya meminta anak-anak pria itu untuk membayar biaya pemakaman.

Hal itulah yang diduga kuat membikin anak-anak si pria sangat kesal. Mereka tidak mengerti kenapa harus dibebani hal seperti itu.

Apapun alasannya, insiden itu tentu saja menimbulkan kekacauan parah. Video terkait juga jadi viral di media sosial hingga mengundang kontroversi di kalangan warganet.

Ilustrasi pria meninggalkan pasangannya demi selingkuhan. (Shutterstock).

Banyak warganet yang mencela perbuatan anak-anak itu. Menurut mereka, tidak semestinya orang yang sudah meninggal diperlakukan seperti itu.

Walau si ayah memang tukang selingkuh semasa hidupnya, sebagian warganet berpendapat seharusnya para anak bisa menyelesaikan masalah itu saat yang bersangkutan masih hidup.

Meski begitu, ada pula yang bisa memahami besarnya kemarahan sang anak. Walau tidak masuk akal dan sia-sia, beberapa pihak mewajarkan perbuatan tersebut karena mungkin saja selama ini mereka hanya bisa menahan dan memendam kekesalahannya.

BACA SELANJUTNYA

Berkat Gelang Fitness, Wanita Ini Sadar Diselingkuhi Pacarnya