Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sebelum melahirkan, tidak sedikit orangtua yang sudah ingin tahu jenis kelamin anaknya. Namun, pria transgender ini memutuskan untuk tidak mengungkap jenis kelamin anaknya setelah melahirkan.
Tak tanggung-tanggung, pria transgender tersebut bahkan kesal kepada orang-orang yang bertanya apakah jenis kelamin anaknya laki-laki atau perempuan.
Melansir Dailymail, pria bernama Sav Butler tersebut adalah seorang transgender. Selama tumbuh besar, Sav merasa kesulitan menemukan identitas gendernya.
Sav baru melela menjadi transgender pada usia 18 tahun. Kini, Sav sudah melahirkan dua orang anak pada umur 20 tahun.
Baca Juga
-
Cari Jodoh di Aplikasi Kencan Online, Hindari 5 Kesalahan Sepele Ini
-
Bisa Jadi Tanda Datangnya Masalah Besar, Berikut 5 Arti Mimpi Ulang Tahun
-
Mengadopsi Tradisi Luluran untuk Kulit Wajah Sehat, Ini 4 Manfaatnya
-
Sudah Dimaafkan, Kisah Wanita Menikah dengan Pria yang Membunuh Saudaranya
-
Umur Bukan Masalah, Nenek 17 Cucu Pacari Berondong 37 Tahun Lebih Muda
-
Religius, Model Cantik Ini Ngaku Bikin Konten Dewasa atas Panggilan Tuhan
Meski begitu, Sav tidak pernah mau mengungkap atau menentukan jenis kelamin anaknya. Hal tersebut ia lakukan agar sang anak bebas memilih nanti.
Sebelum ini, Sav juga tidak mau menyebutkan jenis kelamin anak pertamanya. Namun, sang anak yang berusia 3 tahun dan bernama Wesley sudah menentukan bahwa ia ingin menjadi laki-laki.
Sementara, anak kedua Sav diberi nama Eden. Namun, Sav tidak akan menyebutkan jenis kelaminnya sampai sang anak menentukan sendiri nanti.
"Aku tidak mau anak-anakku mengingat masa kecil mereka dan merasakan sakit, yang sudah banyak dialami orang-orang transgender dan bisa mereka pahami."
"Perjalananku sebagai trans ada hubungan dengan caraku menjadi orangtua. Aku melela setelah pindah dari rumah di umur 18 tahun tapi aku tahu aku seorang trans sejak umurku 5 tahun karena aku tidak nyaman dengan tubuhku," lanjutnya.
Sav memilih untuk menyingkat namanya setelah memutuskan bahwa dirinya laki-laki. Ia juga sempat berhenti melakukan terapi hormon selama mengandung hingga melahirkan anak, tapi kini akan kembali melakukannya.
"Aku membesarkan dua anakku tanpa gender sampai mereka bisa memberitahuku sendiri apa gender mereka," tambahnya.
Sav juga mengungkap bahwa ia akan mengajari anaknya perbedaan identitas setiap gender. Dengan begitu, sang anak bisa menentukan gender mereka dengan lebih cepat.
Di sisi lain, keputusan Sav ini mendapat beberapa reaksi negatif. Caranya membesarkan anak juga dianggap aneh.
Meski begitu, Sav bersikeras untuk tidak mengungkap atau menentukan gender anaknya. Sav juga menjelaskan bahwa jenis kelamin biologis dan identitas gender adalah hal berbeda.
"Aku tidak memberitahu siapa pun apa gender kedua anakku karena itu bukan urusan mereka. Itu urusanku sebagai orang yang mengganti popok mereka dan dokter mereka."
"Di umur tiga tahun, mereka bisa berbiara dan paham dan memberitahumu apa identitas gender mereka. Jadi mereka bisa memberitahu orang lain sendiri nanti," lanjutnya.
Sav sendiri membelikan baik pakaian dan mainan yang bersifat maskulin sekaligus feminim untuk anak-anaknya. Selain itu, ia menggunakan baik kata ganti laki-laki dan perempuan di saat bersamaan.
Sementara, Sav juga meminta agar dirinya dipanggil dengan julukan 'mapa' atau gabungan dari mama dan papa. Penyebabnya, ia ingin menjadi orangtua yang tidak memandang gender.
Terkini
- Ide Merayakan Valentine Bersama Orang Terkasih, Dinner Romantis Bisa Jadi Pilihan
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender