Kamis, 13 Februari 2025
Rendy Adrikni Sadikin : Rabu, 01 Februari 2023 | 17:39 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Dewiku.com - Akhir-akhir ini di media sosial sering beredar tren body count. Tren satu ini membahas mengenai seseorang memamerkan banyaknya orang yang telah berhubungan seksual dengannya.

Tren satu ini sendiri lantas menuai banyak kontroversi dari sebagian warganet. Pasalnya, selain membongkar aib diri sendiri, dengan tren ini menjelaskan bahwa banyaknya orang yang sering bergonta-ganti pasangan seksual.

Padahal, seringnya bergonta-ganti pasangan seksual ini dapat memberikan dampak negatif terkait penyakit, salah satu penularan HPV atau Human papillomavirus yang dapat sebabkan penyakit menular seksual (PMS).

HPV. (Shutterstock)

Melihat adanya tren body count tersebut, Guru Besar Konsultan Onkologi Ginekologi, Prof, Dr. dr Yudi M Hidayat, Sp. OG., mengatakan hal ini akan sangat berisiko terhadap penularan HPV. Pasalnya, orang yang hanya memiliki satu pasangan saja sudah memiliki risiko yang tinggi. Oleh karena itu, ketika bergonta-ganti pasangan dapat meningkatkan peluang alami penularan HPV.

“Jelas jika kita berbicara mengenai seksual, multipartner sexual sama single partner sexual risikonya sama, yang single partner ini aja punya risiko, apalagi multipartner. Ini bisa aja dapet HPV dari si A, dapat HPV dari si B, bisa aja,” jelas Prof. Yudi saat diwawancarai di acara edukasi Berani #NgobrolinHPV, Cegah Kanker Serviks Sejak Dini, Selasa (31/1/2023).

Menurut Prof. Yudi, dengan seringnya pamer partner seksual yang banyak itu, akan menunjukkan orang tersebut memiliki kemungkinan risiko HPV yang lebih tinggi.

“Jadi artinya kalau berbicara orang sombong atau pamer dengan partnernya, kemungkinan risiko HPV-nya lebih tinggi dan berbeda dari single partner,” sambungnya.

Guru Besar Konsultan Onkologi Ginekologi, Prof, Dr. dr Yudi M Hidayat, Sp. OG. bahas tren body count dan risiko penularan HPV. (Dok. Fajar/Suara.com)

Prof. Yudi menjelaskan, dengan adanya tren seperti ini, dapat terlihat kalau generasi muda saat ini memiliki risiko yang tinggi akan penyakit, seperti kanker serviks. Padahal, dulu biasanya kanker terjadi pada masyarakat yang sudah dewasa.

“Kemungkinan gini, dulu pada usia tua, baru kanker 45 tahun ke atas. Sekarang trennya ke bawah, kankernya makin ganas. Jadi kalau dapat virus dari mana-mana di ABC, maka bisa jadi lebih ganas gitu,” jelas Prof. Yudi.

Terkait penularan HPV sendiri, jika dibiarkan kondisi ini bisa sangat berbahaya dan sebabkan kanker serviks pada seseorang. Untuk mencegahnya, diperlukan vaksinasi HPV serta pemeriksaan agar HPV ini tidak berkembang menjadi kanker.

“Ini harus selalu periksa dini mulut rahim, segera vaksinasi, hal ini juga mencegah terbentuknya kanker. Untuk yang sudah mengalami kanker juga harus segera melakukan pengobatan. Hal ini karena kanker ini jika diobati segera dapat disembuhkan secara total,” jelas Prof. Yudi.

BACA SELANJUTNYA

Wanita Ini Jual Keperawanan, Dapat Rp 23 Miliar dari Orang Partai