
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Anak bungsu pasangan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Rayyanza Malik Ahmad, sering kali mencuri atensi. Tingkahnya disebut cerdas dan lincah.
Namun, terkadang Rayyanza juga memukul teman, saudara, atau bahkan orang tuanya saat merasa kesal. Perilaku ringan tangan ini pun membuat banyak orang penasaran, apakah hal ini wajar terjadi pada anak-anak?
Psikolog Cecilia H.E Sinafa menjelaskan tentang perilaku memukul yang dilakukan oleh anak. Hal itu ia jelaskan melalui akun TikTok temanbumilofficial.
Dalam video singkat itu, ia menyebutkan perilaku memukul pada anak usia 1 sampai 3 tahun adalah tahapan dari perkembangan koordinasi motorik. Selain itu, hal ini juga merupakan cara anak mengekspresikan emosi dan perasaannya.
Baca Juga
-
7 Langkah Riasan Bibir Ombre, Hasilnya Cantik Natural
-
Perawatan Rambut Sehat ala Deepika Padukone, Simpel Banget Pakai Minyak Kelapa
-
Mau Coba Foot Peeling? Berikut 7 Tips Bikin Kulit Kaki Lebih Cerah dan Halus
-
Wulan Guritno Cantiknya Kebangetan, Ini 7 Tips Awet Muda di Usia 40 Tahunan
-
5 Cara Mengatasi Warna Kulit Tidak Rata, Tak Harus Pakai Skincare Mahal
Pasalnya, kemampuan berbahasa anak di usia 1 sampai 3 tahun masih belum baik. "Oleh karena itu, perilaku memukul itulah yang dipilih anak untuk mengekspresikan isi hatinya ketika marah," ungkap Cecilia.
Lantas bagaimana cara mengatasi perilaku ringan tangan pada anak?
Dalam hal itu, orang tua punya peran yang sangat penting untuk mengarahkan anak. Saat anak mulai ringan tangan, orang tua tak boleh hanya tinggal diam.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua kepada anak yang tampak mulai sering ringan tangan. Apa saja?
Cecilia menjelaskan bahwa orang tua perlu memberikan pemahaman kepada anak. Jelaskan bahwa tindakan memukul itu tidak baik dan tak boleh dilakukan karena akan menyakiti orang lain.
Lalu, berikan pemahaman bahwa tangan harus digunakan dengan baik. Daripada untuk memukul, lebih baik menggunakannya untuk menulis, menggambar, atau menyayangi orang lain.
"Yang ketiga, berikan pemahaman atau pengenalan terkait emosi yang anak rasakan. Kapan anak merasa takut, senang, sedih, atau marah dan apa saja yang boleh dilakukan dalam mengekspresikannya," pungkas Cecilia.
Terkini
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban