
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Perbedaan agama adalah salah satu tantangan terbesar dalam menjalani hubungan asmara. Itulah mengapa pasangan mesti mempertimbangkan banyak hal sebelum benar-benar memutuskan untuk melakoni pacaran beda agam.
Risiko pacaran beda agama sering kali tak hanya datang dari diri sendiri dan pasangan, tetapi juga pandangan orang-orang di sekitarmu. Berikut beberapa di antaranya.
Susah dapat restu
Banyak orang pacaran untuk memantapkan diri melangkap ke jenjang berikutnya. Namun, pernikahan tidak sebatas tentang hubungan dua orang. Momen sakral ini juga turut melibatkan keluarga di antara kedua belah pihak.
Baca Juga
-
5 Zodiak yang Suka Pola Hubungan Asmara Tarik Ulur, Ini Alasan Unik di Baliknya
-
5 Tips Mencari Pasangan, Lawan Sifat Suka Menunda-nunda Urusan Asmara
-
Gaya Pacaran 5 Zodiak Ini Ternyata Jadul Banget, Ada yang Masih Suka Surat-suratan
-
Kenapa Pria Lebih Perhatian saat PDKT Dibanding setelah Pacaran? Ternyata Ini 5 Alasannya
-
40 Tahun Pacaran, Kisah Wanita Putuskan Menikah dengan Warna Pink
Kamu dan pasangan mungkin tak masalah dengan keputusan menikah beda agama. Hanya saja, kalian mungkin agak lebih sulit untuk mendapat restu dari orang tua.
Orang tua mungkin menentang keputusanmu dan pasangan, bisa dengan cara halus sampai menunjukkan sikap kasar. Oleh karenanya kembali persiapkan strategi untuk menghadapinya.
Saat menjalani pacaran beda agama dan sudah bersiap ke jenjang yang lebih serius, kamu harus kembali memikirkan agama mana yang akan kamu ajarkan pada anak-anak.
Tentu saja kamu dapat mengajarkan dua agama dan membiarkan mereka untuk memilih saat sudah cukup dewasa. Walau begitu, tetap saja butuh waktu lebih lama dan perhatian khusus untuk memberikan pemahaman kepada mereka.
Dipandang sebelah mata orang-orang di sekitarmu
Tak dipungkiri, masih banyak orang yang sangat ingin mencampuri keputusan orang lain, tidak terkecuali saat kamu dan pasangan memutuskan untuk menikah beda agama. Mereka mungkin akan memandang apa yang kamu lakukan bukanlah hal normal.
Kamu mungkin berpikir bahwa cibiran tetangga dapat diabaikan begitu saja. Namun, perlu diingat bahwa mungkin akan ada hari di mana kamu mau tak mau butuh bantuan mereka.
Munculnya perasaan bersalah
Risiko pacaran beda agama selanjutnya adalah muncul perasaan bersalah terhadap diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Ini apalagi jika kamu melihat raut kesedihan dan kecewa dari orang-orang yang kamu sayangi.
Perasaan bersalah bukan sesuatu yang gampang ditanggung. Terlebih, rasa bersalah bisa muncul sewaktu-waktu sepanjang kamu menjalani hubungan beda agama. Jika tetap ingin melanjutkan pacaran beda agama, pastikan kamu dan pasangan selalu siap untuk saling menguatkan.
Ada perbedaan prinsip hidup yang mendasar
Ajaran agama yang kamu terima sejak kecil sangat mungkin berpengaruh pada bagaimana kondisimu saat ini. Oleh karenanya, saat kamu memutuskan pacaran beda agama, bersiaplah menemukan cukup banyak perbedaan mendasar.
Contohnya, kamu harus beradaptasi dengan perbedaan cara dan waktu ibadah hingga beda aturan soal makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi.
Risiko putus semakin besar
Kurangnya dukungan dari orang sekitar, banyaknya perbedaan yang rawan memicu konflik, dan dan bayangan tentang masa depan yang cukup terjal, bisa membuatmu lebih mudah memikirkan untuk mengakhiri hubungan yang sudah terjalin.
Tentu saja tak mudah mengakhiri hubungan dengan orang tercinta. Jadi, lebih baik pikirkan matang-matang sebelum kamu memutuskan pacaran beda agama.
Terkini
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban