Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Atta Halilintar tak tinggal diam saat Aurel Hermansyah mendapat body shaming di media sosial. Bapak dua anak itu pasang badan untuk sang istri yang bentuk tubuhnya dihina warganet.
"Namanya ibu baru lahirin anak ya, kalo ibunya mau egois dia bisa aja diet gitu ya, terus dia nggak mau nyusuin anaknya kan bisa. Ini dia itu memperjuangkan susu ASI buat anaknya. dan dia nggak boleh diet, dia harus makan makanan bergizi, kan nyusuin anak itu nggak mudah," ujar Atta Halilintar dalam salah satu video TikTok unggahannya.
Sang YouTuber juga mengungkapkan, "Anehnya yang ngomong-ngomong negatif gini kebanyakan malah perempuan juga. Mestinya sekarang zamannya women support women."
Baca Juga
1. Tidak percaya diri
Rasa insecure atau tidak percaya diri merupakan salah satu alasan seseorang melakukan body shaming. Dia minder dengan tubuhnya sendiri sehingga berbicara buruk tentang tubuh orang lain agar dirinya merasa lebih baik
2. Kebiasaan yang dianggap normal di kalangan masyarakat
Mengomentari tubuh orang lain selama ini masih dianggap sebagai hal normal sehingga membuat orang-orang terus melakukannya. Body shaming sering kali dianggap tak lebih dari bahan bercanda yang mestinya tak masalah bagi orang lain, padahal nyatanya bikin sakit hati.
3. Bermaksud ingin membantu
Seseorang mungkin bermaksud baik, tetapi caranya tidak tepat. Dia menyebutkan kekurangan bagian tubuh seseorang agar orang tersebut termotivitas memperbaikinya. Namun, kata-kata yang terucap malah berujung menyakiti perasaan orang lain.
4. Kurangnya kesadaran
Ironisnya, banyak orang tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan dapat menyakiti dan berdampak buruk pada orang lain. Mereka bahkan tidak sadar kalau perkataan mereka itu telah melewati batas.
5. Sikap tidak dewasa
Ini juga bisa menjadi salah satu alasan seseorang melakukan body shaming. Tak sedikit orang yang tidak mempertimbangkan apakah perkataan mereka dapat menyakiti perasaan orang lain atau tidaak. Akibatnya, mereka menganggap ucapannya bukan bentuk body shaming.
Terkini
- Ide Merayakan Valentine Bersama Orang Terkasih, Dinner Romantis Bisa Jadi Pilihan
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender