Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Ibu rumah tangga (IRT) lebih rentan terhadap mom shaming. Bahkan berdasarkan penelitian terbaru Health Career Collaborative (HCC), 7 dari 10 ibu di Indonesia mengalami mom shaming.
Ironisnya, pelaku utama mom shaming berasal dari keluarga maupun orang terdekat. Hal tersebut diungkapkan peneliti utama sekaligus ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH.
"Hasil studi menunjukkan, 7 dari 10 ibu di Indonesia yang diwakili responden penelitian ini pernah mengalami bentuk mom shaming, yang berdampak signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional mereka," ungkapnya dalam acara diskusi di Senayan, Jakarta Selatan, Senin (1/7/2024), dilansir dari Suara.com.
Mom shaming merupakan perilaku kritik kepada seorang ibu yang dapat mempermalukan, merendahkan, menghina, atau bahkan menyakiti perasaannya. Bentuknya bisa beragam, mulai dari menghina fisik hingga menjelekkan parenting atau pola pengasuhan ibu terhadap anak dan keluarganya.
Baca Juga
Penelitian ini melibatkan 892 responden ibu berusia 20 hingga 40 tahun. Disebutkan juga bahwa pelaku mom shaming biasanya justru suami, orang tua, kerabat, atau masyarakat lingkungan tempat tinggal.
"Ini tentunya temuan yang perlu dikaji lebih sistematis, karena keluarga harusnya menjadi core support system yang melindungi ibu dari perlakuan mom shaming," ucap dokter yang juga dosen Program Magister Kedokteran Kerja di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu.
Ibu yang tidak bekerja enam kali lebih berisiko alami mom shaming. Lingkungan terdekat yang seharusnya menjadi support system atau pelindung dan pendukung ibu, malah berbalik menjadi pelaku. Hal ini berbeda dengan ibu bekerja yang umumnya menerima dukungan dan bantuan dari sesama perempuan bekerja.
"Lingkungan tempat tinggal, apesnya, mereka jadi aktor mom shaming. Ternyata, lebih kondusif kalau ibu bekerja karena situasinya bagus. Mereka (ibu) jadi teman secara positif dari teman kerja," terangnya.
Walau demikian, penelitian ini juga menemukan bahwa 29 persen ibu pekerja alami mom shaming di tempat kerja dan lingkungan tempat tinggal sekaligus.
Jika mom shaming dibiarkan terus berlanjut, risiko terbesarnya adalah gangguan kesehatan mental yang dialami 56 persen responden. Para ibu juga merasa malu dan bersalah dengan tudingan yang diarahkan pada mereka.
"Bahkan 64 persen mengakui kata-kata dan tudingan mom shaming ini akhirnya dapat memengaruhi cara mengasuh anak. Lalu, sebanyak 22 persen kompensasi dengan (membandingkan dan berlaku keras) ke perempuan lain," ujar dr. Ray menjelaskan.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri
Berita Terkait
-
Ibu Butuh 4 Support System di Masa Tumbuh Kembang Anak, Ini yang Bisa Dilakukan Orang Terdekat
-
Mau Liburan ke Luar Negeri Bareng Anak? Perhatikan 3 Hal Ini
-
Raih Omzet 20 Juta Per Bulan dari Modal 4 Juta Berkat Usaha Songkolo
-
Bikin Sakit Hati, Curhat Wanita Berita Keguguran Diumbar Mertua di Facebook