
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Di era modern ini, status lajang bagi perempuan seharusnya bukan lagi dianggap sebagai beban. Namun, tak bisa dipungkiri, tekanan sosial untuk segera menikah masih kerap menghantui, terutama saat memasuki usia tertentu.
Pandangan bahwa kebahagiaan perempuan harus bergantung pada pasangan perlahan mulai berubah. Kini, semakin banyak perempuan yang membuktikan bahwa menjadi lajang bisa menjadi fase hidup yang membahagiakan, penuh makna, dan bebas tekanan.
Ya, berstatus lajang bukanlah sebuah kekurangan. Justru, ini bisa menjadi kesempatan untuk menikmati hidup dengan cara yang lebih ringan, mandiri, dan bermakna tanpa perlu terjebak pada tekanan sosial yang tidak perlu.
Menerima dan Merayakan Diri Sendiri
Baca Juga
-
Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
-
Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
-
Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
-
Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
-
CEO Muda Perempuan: Lebih dari Sekadar Tren, Ini Realitas Baru Dunia Bisnis
-
Keharuman Nostalgia Lebaran, 'Mencicipi' Aroma Nastar dari Sebotol Parfum
Langkah pertama untuk bahagia sebagai perempuan single adalah menerima diri apa adanya. Ini bukan tentang menutup diri dari hubungan, tetapi tentang menghargai siapa dirimu tanpa perlu validasi dari status hubungan.
Rayakan pencapaian kecil maupun besar dalam hidup. Menjadi single memberi ruang untuk mengenal diri sendiri lebih dalam, mengejar impian pribadi, dan membangun kemandirian yang kokoh.
Psikolog klinis Anna Surti Ariani, M.Psi., menyebutkan bahwa perempuan perlu menyadari bahwa setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda, dan menikah bukan satu-satunya bentuk kebahagiaan.
Oleh karena itu, penting bagi perempuan untuk memiliki pandangan yang sehat tentang diri sendiri, termasuk saat menyandang status lajang.
Tanpa distraksi urusan pasangan, perempuan bisa memanfaatkan waktu untuk berinvestasi pada diri sendiri. Ikuti kursus yang selama ini diidamkan, belajar keterampilan baru, atau mengejar karier impian.
Fokus pada pertumbuhan pribadi tidak hanya memperkaya hidup, tapi juga memperkuat rasa percaya diri dan kepuasan batin. Ingat, kebahagiaan sejati datang dari dalam, bukan dari status hubungan.
Selain itu, momen ini juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk refleksi diri merenungkan pencapaian, merencanakan masa depan, dan bersyukur atas hidup yang dijalani saat ini.
Tetapkan Batasan terhadap Tekanan Sosial
Tak jarang pertanyaan seperti "Kapan menikah?" atau "Sudah punya pasangan belum?" terdengar di berbagai pertemuan sosial. Alih-alih merasa tertekan, penting untuk menetapkan batasan.
Setiap orang yang mendapat pertanyaan di atas berhak memilih untuk tidak menjawab atau mengalihkan pembicaraan ke topik yang lebih bermakna. Sadari bahwa kebahagiaanmu tidak ditentukan oleh ekspektasi orang lain adalah kunci untuk menikmati hidup dengan penuh kedamaian.
Penting juga untuk tidak terlalu mengambil hati komentar atau pertanyaan dari orang lain. Banyak dari mereka yang bertanya hanya karena ingin berbasa-basi atau merasa ingin tahu, bukan karena bermaksud menghakimi.
Jika pertanyaan terasa terlalu pribadi atau melelahkan, kamu bisa merespons dengan ringan dan tetap sopan, misalnya dengan senyuman atau jawaban santai seperti, “Masih menikmati hidup sendiri dulu,” atau “Yang penting bahagia, kan?” Cara ini bisa membantu menjaga suasana tetap hangat tanpa harus membuka topik yang tidak nyaman.
Tidak memiliki pasangan bukan berarti kurang lengkap, dan tidak menjawab pertanyaan tentang pernikahan bukan berarti tidak sopan. Justru, perempuan yang bisa berdiri teguh dengan dirinya sendiri menunjukkan bentuk kemandirian dan kekuatan yang tak kalah berharga.
Dan ingatlah bahwa berstatus lajang bukanlah kekurangan, melainkan peluang. Peluang untuk mengenal diri, bertumbuh, membangun mimpi, dan menikmati hidup tanpa tekanan sosial yang tidak perlu. Setiap perempuan berhak menentukan jalannya sendiri menuju kebahagiaan, tanpa harus terikat oleh standar yang dibuat oleh orang lain. Jadi, jalani masa lajang dengan bangga, penuh cinta diri, dan rasa syukur atas setiap momen yang ada.
(Imelda Rosalina)
Terkini
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif