Dewiku.com - Lemari penuh, tapi merasa nggak punya baju. Pernah dengar keluhan ini? Atau bahkan kamu sendiri yang mengalaminya?
Fenomena ini bukan soal jumlah pakaian, tapi tentang perbedaan gaya berpakaian untuk dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia digital.
Di dunia nyata, perempuan butuh pakaian yang nyaman dan praktis. Namun saat tampil di media sosial, standarnya berubah menjadi cenderung lebih modis, unik, dan seringkali tidak sesuai dengan keseharian.
Inilah yang kemudian memunculkan dua kategori pakaian di kalangan perempuan urban, yaitu baju harian dan baju media sosial.
Dua Dunia, Dua Gaya yang Bikin Lelah
Perempuan urban hari ini hidup di dua semesta yang berbeda. Di kantor atau kampus, mereka cari baju yang praktis dan nyaman. Tapi di medsos? Harus kelihatan maksimal. Motif rame, warna gonjreng, makeup tebel, aksesoris bold — semuanya demi like dan views.
Nggak heran kalau semakin banyak perempuan yang punya rak khusus di lemarinya: dress buat konten, outer kece, heels catchy, bahkan baju yang cuma dipakai sekali buat foto, lalu dilupain.
Menurut survei ThredUp (2023), 1 dari 3 perempuan muda pernah beli baju cuma buat sekali foto atau event. Habis itu? Nggak dipakai lagi. Ini disebut content outfit — baju yang eksis demi kamera, bukan demi kenyamanan.
Fenomena ini disebut juga visual over usability — penampilan lebih penting dari fungsi. Akibatnya? Lemari penuh baju cakep tapi nggak kepakai di kehidupan nyata.
Tekanan Feed yang Nggak Kelihatan
Baca Juga
-
Emotional Dumping di Circle Pertemanan: Waspadai Batas Sehat Curhat ke Teman
-
Sindrom Fear of Better Options (FOBO), Kenapa Cewek Gen Z Susah Ambil Keputusan?
-
Risiko Kanker Perempuan Diam-Diam Ikut Naik Seiring Suhu Bumi yang Makin Panas
-
Psikolog Ungkap Alasan Kenapa Fenomena Ghosting Makin Lumrah di Kalangan Gen Z
-
OOTD Alyssa Daguise: Bukti Real Kalau Cantik Itu Nggak Harus Dandan All Out!
-
Cinta Lama Bersemi Lagi? Al Ghazali dan Alyssa Daguise Buktikan Balikan Nggak Selalu Gagal
Tanpa sadar, ada beban tersendiri dari algoritma medsos. Instagram, TikTok, bahkan Pinterest lebih suka gaya yang unik, beda, estetik. Ini bikin cewek-cewek ngerasa harus tampil ‘on brand’ terus, bahkan pas lagi beli kopi doang.
Fenomena pemisahan baju harian dan baju untuk konten media sosial ini juga memunculkan efek kelelahan visual atau visual fatigue.
Belum lagi jika muncul rasa bersalah saat ketahuan mengulang outfit yang sama. Padahal, siapa juga yang beneran ngeh, sih?
Menuju Gaya Hidup yang Lebih Realistis
Untungnya, makin banyak cewek yang mulai sadar: hidup bukan cuma soal feed. Fashion seharusnya nyenengin diri sendiri, bukan bikin stres.
Nggak salah punya baju khusus konten, tapi kalau sampai ngerasa malu pakai baju harian di depan kamera, mungkin ini saatnya berhenti sejenak dan ngerombak mindset.
Baju yang nyaman dipakai sehari-hari juga bisa kelihatan keren kok—kalau kamu nyaman dan pede, aura itu bakal nyampe juga di foto.
Dunia nyata dan digital memang beda. Tapi bukan berarti kamu harus punya dua versi diri sendiri. Tampil real, jujur, dan apa adanya justru jauh lebih keren daripada sekadar estetik buat likes.
So, next time mau OOTD? Coba tanya dulu: ini buat impress orang lain atau buat bikin diri sendiri happy?
(Sifra Kezia)
Terkini
- Memilih Susu Pertumbuhan Anak: Tips untuk Orang Tua Masa Kini
- Kenapa Cewek Suka Mengingat-Ingat Kesalahan Pasangan? Ini Penjelasannya
- The Club Series: Kuas MUA Sporty-Luxury yang Bikin Makeup Auto Flawless
- Quality Time Ala Keluarga Modern: Nggak Perlu Jauh, yang Penting Bermakna
- Olahraga Makin Hits, Outfit Tetap Santun: Tren Sportwear Modest yang Lagi Naik Daun
- Ketika Kehamilan Datang Tanpa Diminta: Sunyi, Stigma, dan Ruang #SamaSamaAman yang Mesti Kita Ciptakan
- Semakin Dewasa, Circle Makin Kecil: Ternyata Ini Bukan Salah Siapa-Siapa
- Akses Layanan Kesehatan Kelas Dunia, Kini Lebih Dekat untuk Keluarga Indonesia
- Seventh Anniversary, Noera Beauty Rilis Sunscreen Physical dengan Formula Baru yang Inovatif
- Regenerative Beauty: Tren Baru yang Bikin Kulit Glowing Alami Tanpa Kesan 'Diisi'