Dewiku.com - Empat ilmuwan perempuan Indonesia berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih penghargaan L’Oréal–UNESCO For Women in Science (FWIS) 2025. Mereka adalah Maria Apriliani Gani dan Helen Julian dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Lutviasari Nuraini dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Anak Agung Dewi Megawati dari Universitas Warmadewa.
Keempat peneliti tersebut mendapatkan pendanaan riset senilai Rp400 juta serta kesempatan untuk bergabung dalam jaringan global ilmuwan perempuan. Penghargaan ini menjadi wujud nyata dukungan terhadap perempuan di dunia sains agar dapat terus berkarya dan memberikan dampak bagi masyarakat.
Dari bidang farmasi, Maria Apriliani Gani mengembangkan model seluler berbasis tanaman obat lokal untuk terapi osteoporosis. Risetnya berfokus pada pencarian kandidat obat yang mampu menstimulasi pembentukan tulang sekaligus menekan pengeroposan tanpa perlu melakukan animal testing, sehingga lebih etis dan ramah lingkungan.
Sementara itu, Lutviasari Nuraini dari BRIN mengembangkan material implan berbasis magnesium yang mampu terurai dalam tubuh secara alami. Dengan menambahkan unsur logam Neodymium (Nd), penelitiannya diharapkan mampu meningkatkan kekuatan mekanik sekaligus mengatur laju peluruhan implan agar dapat mendukung proses penyembuhan tulang secara optimal.
Dari Bali, Anak Agung Dewi Megawati meneliti terapi berbasis mRNA antivirus yang memiliki spektrum luas untuk melawan penyakit akibat virus yang ditularkan nyamuk. Karyanya dinilai sebagai langkah terobosan dalam pengendalian penyakit tropis menular, dan berpotensi menjadi solusi masa depan bagi kesehatan masyarakat di wilayah beriklim tropis.
Adapun Helen Julian, peneliti ITB di bidang teknik kimia dan pangan, berfokus pada pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit (POME). Ia bersama timnya menciptakan sistem Membrane Photobioreactor–Nanofiltration yang mengubah limbah menjadi sumber daya bernilai tinggi.
Melalui teknologi ini, mikroalga memanfaatkan senyawa dalam limbah untuk tumbuh dan menghasilkan biomassa yang bisa digunakan untuk bioenergi dan bahan pangan, sekaligus meningkatkan kualitas air limbah.
Menurut Ketua Dewan Juri Herawati Sudoyo, tahun 2025 mencatat jumlah pendaftar terbanyak dalam lima tahun terakhir dengan 150 proposal yang masuk. Sekitar 70 persen di antaranya berasal dari peneliti perempuan berusia di bawah 40 tahun.
“Mayoritas riset yang diajukan berakar pada potensi lokal Indonesia, dari pengembangan bahan aktif alami hingga inovasi pengelolaan limbah,” ujarnya.
Herawati juga menegaskan pentingnya kolaborasi dalam riset ilmiah.
Baca Juga
-
Tips Ampuh Atasi Rambut Lepek untuk Iklim Tropis: Pilih Produk yang Bebas SLS dan Silikon
-
Apa Itu Monday Blues: Virus Hari Senin yang Belum Ada Vaksinnya
-
Parfum Premium Lokal dengan Aroma Khas Nusantara yang Mewakili Karaktermu
-
Bingung dengan Pengisian Daya pada Mobil Listrik? Kini Baterai Mobil Bisa dengan Sistem Berlangganan
-
Bukan Sekadar Mengeluarkan Produk, Target Penggunaan Kendaraan Listrik juga Harus Memiliki Infrastruktur
-
Bawa Ekosistem Hijau, Vinfast akan Membawa Asia Tenggara kepada Revolusi Kendaraan Listrik Dunia
“Penelitian tidak bisa berjalan tanpa kerja sama lintas bidang. Keempat peneliti ini menunjukkan semangat kolaboratif yang menjadi kunci keberhasilan mereka,” tambahnya.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie turut mengapresiasi capaian tersebut. Ia menekankan bahwa peningkatan partisipasi perempuan dalam sains bukan hanya soal kesetaraan, tetapi juga soal pembangunan ekonomi nasional.
“Negara akan rugi bila tidak memberi ruang bagi para perempuan berpotensi untuk berkarya di bidang ilmiah,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Direktur L’Oréal Indonesia Benjamin Rachow mengatakan bahwa sains dan inovasi merupakan inti dari misi L’Oréal.
Melalui program FWIS, L’Oréal berkomitmen mendukung perempuan agar dapat memimpin perubahan di bidang sains.
“Dunia membutuhkan sains, dan sains membutuhkan perempuan,” tegasnya.
Selama lebih dari dua dekade penyelenggaraan program ini di Indonesia, sebanyak 79 perempuan peneliti telah menerima dukungan untuk terus berinovasi dan menjadi inspirasi bagi generasi ilmuwan muda berikutnya — memperlihatkan bahwa ilmu pengetahuan tidak mengenal batas gender, hanya dedikasi dan semangat untuk memberi dampak nyata bagi dunia.
(Clarencia Gita Jelita Nazara)
Terkini
- Memilih Susu Pertumbuhan Anak: Tips untuk Orang Tua Masa Kini
- Kenapa Cewek Suka Mengingat-Ingat Kesalahan Pasangan? Ini Penjelasannya
- The Club Series: Kuas MUA Sporty-Luxury yang Bikin Makeup Auto Flawless
- Quality Time Ala Keluarga Modern: Nggak Perlu Jauh, yang Penting Bermakna
- Olahraga Makin Hits, Outfit Tetap Santun: Tren Sportwear Modest yang Lagi Naik Daun
- Ketika Kehamilan Datang Tanpa Diminta: Sunyi, Stigma, dan Ruang #SamaSamaAman yang Mesti Kita Ciptakan
- Semakin Dewasa, Circle Makin Kecil: Ternyata Ini Bukan Salah Siapa-Siapa
- Akses Layanan Kesehatan Kelas Dunia, Kini Lebih Dekat untuk Keluarga Indonesia
- Seventh Anniversary, Noera Beauty Rilis Sunscreen Physical dengan Formula Baru yang Inovatif
- Regenerative Beauty: Tren Baru yang Bikin Kulit Glowing Alami Tanpa Kesan 'Diisi'