
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Selama ini, orang-orang menilai tas tangan hanya sebagai tas, titik. Tidak ada yang bisa memberi penghargaan lebih pada tas tangan sebagai benda seni, meskipun harganya fantastis. Tapi bagi sebagian kolektor, tas lebih dari sekadar fungsi. Bagi mereka, tas tangan adalah benda berharga dan sebanding dengan pahatan karya seni yang mahal.
Hal inilah yang menginspirasi Dior untuk mengumpulkan seniman guna mendesain ulang tas klasiknya, 'Lady Dior'. Ada 11 seniman wanita dari seluruh dunia yang berhasil digaet, yaitu Polly Apfelbaum, Burçak Bingöl, Lee Bul, Isabelle Cornaro, Olga De Amaral, Haruka Kojin, Li Shurui, Janaina Tschäpe, Morgane Tschiember, Mickalene Thomas, dan Pae White.
Tas-tas karya seniman dunia ini dijual secara terbatas dan memiliki harga variatif, mulai dari Rp 70 jutaan. Kamu bisa melihat bagaimana seniman wanita ini menuangkan idenya di atas tas tangan yang sudah melegenda.
Penasaran? Yuk simak masing-masing karya mereka di tas Lady Dior di bawah ini.
Baca Juga
Pae White

Mickalene Thomas
Morgane Tschiember
Janaina Tschäpe
Li Shurui
Haruka Kojin
Olga De Amaral
Isabelle Cornaro
Lee Bul
Burçak Bingöl
Polly Apfelbaum
Bagaimana menurutmu? Semua karya seniman di Lady Dior tadi terlihat luar biasa, kan?
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif