
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pasar sneakers selama ini didominasi oleh sepatu kanvas lambang bintang yang sangat mendunia. Beberapa merek lainnya juga datang dari produk-produk khas olahragawan seperti sepatu berlambang tiga garis dan tanda centang.
Buat para sneakershead, kini produsen asal Jepang sudah mulai dilirik dan mendapat hati karena memiliki kualitas tinggi dan desain yang keren.
Sebelumnya ramai dibahas tentang Yohji Yamamoto yang sukses berkolaborasi dengan Adidas. Rupanya selain itu, Jepang menyimpan deretan sneakers lain yang kalah keren lho, yuk simak.

Hender Scheme
Melihat namanya, banyak yang mengira sepatu ini buatan Jerman padahal sneakers ini asli buatan Jepang. Terbuat dari kulit asli kualitas tinggi, Hender Scheme dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi.
Baca Juga
Keistimewaannya terletak pada kulit mentah yang dipakai untuk material sepatu.
Kulit mentah ini nantinya menghasilkan sepatu yang nyaman dan membentuk kaki pemakainya secara natural sehingga setiap pasang yang terjual memiliki tingkat kenyamanan yang sangat personal.
Onitsuka Tiger
Merek ini mungkin sudah lama populer di kalangan sneakershead namun masih banyak yang belum mengetahui sejarahnya.
Sebelum rebranding menjadi merek ASICS, Onitsuka Tiger sudah lebih dulu berdiri. Kini produk klasik mereka berdiri sendiri dibawah label Onitsuka Tiger.
Shoes Like Poetry
Satu lagi merek yang sepatu asli Jepang yang memiliki keunikan tersendiri yaitu Shoes Like Poetry. Sneakers produksi mereka masih mengusung cara tradisional untuk memvulkanisir sepatu yaitu dengan cara dibakar di tungku layaknya tembikar.
Hasilnya, sol jadi lebih lembut dan fleksibel. Sepatu ini juga dibuat manual dengan jahitan tangan para ahli yang membuat setiap produknya terbatas dan tidak mungkin kembar di seluruh dunia.
LOSERS
Sepatu yang memiliki arti pecundang ini nggak kalah unik karena mengusung tradisi Jepang dengan sangat spesifik.
Untuk memutuskan warna saja, mereka masih menggunakan metode klasik seperti warna '48 cokelat dan 100 abu-abu dari masa Edo'.
Rumit ya, tapi justru itulah yang jadi daya tarik.
Terkini
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women
- Kapan Nikah? Nggak Perlu Baper, Ini Cara Elegan Hadapi Pertanyaan Sensitif
- Tips Psikologis Jalani Idulfitri Lebih Tenang dan Bermakna