Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Banyak dari kita yang mulai mendambakan kontak sosial setelah beberapa minggu terisolasi di rumah. Bagi para perempuan, pergi ke salon merupakan salah satu cara terbaik untuk berinteraksi.
Meski demikian, demi mengikuti imbauan #diRumahAja, tampaknya kita semua masih harus menunggu lebih lama sebelum bisa berkunjung ke salon.
Terlepas dari adanya salon yang mungkin masih beroperasi di tengah wabah virus corona Covid-19, pergi ke salon rupanya dapat membawa sejumlah risiko.
Tidak bisa dipungkiri, hal ini memang bakal berdampak besar bagi orang-orang yang bekerja di salon. Sementara, komunikasi antara konsumen dan pekerja salon ikut terputus.
Baca Juga
Di sisi lain, dokter, pemilik salon, hingga ahli di bidang kecantikan pun sudah memeringatkan risiko dari pergi ke salon di tengah pandemi Covid-19.
Melansir dari Bustle, salah satu peringatan tersebut diberikan oleh dr. Richard Firshein, D.O., ahli di bidang Integrative and Precision-Based Medicine.
Seperti anjuran yang telah ada sebelumnya, dr. Richard Firshein mengingatkan jika orang-orang mesti senantiasa menjaga jarak paling tidak 6 kaki atau sekitar 2 meter dari satu sama lain.
Dirinya kemudian juga mengingatkan jika perkumpulan yang melibatkan lebih dari 10 orang sudah dilarang pemerintah Amerika Serikat.
Karena penata rambut harus selalu berdiri dalam jarak dekat dengan klien mereka, ada baiknya jika kita membatalkan rencana ke salon. Belum lagi, salon adalah tempat yang didatangi banyak orang.
"Ide dasarnya adalah dua hal," ungkap dr. Richard Firshein. "Satu, untuk mengurangi kontak antara individu dan meratakan kurva. Dua, untuk mencoba dan mengurangi jumlah orang terinfeksi."
Di sisi lain, penata rambut Olivia Casanova juga mengingatkan betapa pentingnya social distancing dalam masa-masa seperti ini.
"Salon jelas harus tutup di masa-masa ini," ungkapnya tegas.
"Dengan tetap tinggal di rumah, kau melindungi dirimu sendiri, penata rambutmu, dan semua orang yang mungkin berkontak denganmu. Risikonya benar-benar tak sepadan," tambah dia kemudian.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri