
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Guna meningkatkan rasa percaya diri banyak orang memilih untuk melakukan operasi plastik. Salah satu prosedur yang cukup populer adalah implan bokong.
Belum lama ini, seorang ibu dua anak asal Inggris nekat menjalani prosedur implan bokong saat sang tunangan tengah sakit keras. Meski begitu, wanita bernama Charlene England itu menolak disebut egois.
Dilansir dari The Sun, Charlene mengaku dirinya membutuhkan operasi seharga 4.500 poundsterling atau sekitar Rp81 juta tersebut.
Selain demi meningkatkan rasa percaya diri, dia ingin melakukan operasi sebagai "hadiah" karena dia telah menghabiskan berbulan-bulan merawat tunangannya yang menderita kanker.
Baca Juga
-
Ini Anggota Tubuh Paling Menarik Berdasarkan Zodiak, Bokong Libra Terbaik!
-
Bibirnya Mirip Bokong Monyet Pasca Filler, Pramugari Ini Malu Keluar Rumah
-
Tak Disangka, Ini yang Dipikirkan Pria saat Melihat Wanita Berbokong Besar
-
Seniman Ini Bikin Celana dengan Cetakan Bokong Kim Kardashian
-
Dijuluki Pemilik Bokong Terindah, Intip Seksinya Ekaterina Abdulbarieva
-
Kurangi Ukuran Bokong Hasil Operasi Plastik, Wanita Ini Mengaku Lelah
Charlene England mengatakan, dia sudah merasa tidak percaya diri dengan ukuran bokongnya sejak berumur 19 tahun.
Seiring berjalannya waktu, dia semakin merasa rendah diri. Terlebih, bentuk bokong seperti milik Kim Kardashian kini sedang tren.

"Aku mulai merasa sangat rendah diri dan mengalami depresi setelah melahirkan. Aku bahkan mengalami serangan panik saat hendak keluar rumah," ujar Charlene.
Di sisi lain, tunangan Charlene yang bernama Dan telah divonis menderita kanker testis sejak dua tahun silam. Penyakit ini menyebabkan komplikasi yang membuat tangan Dan mati rasa.
"Mati rasa di tangan dan lengan Dan tidak akan hilang, dan dia mesti hidup dengan kondisi itu paling tidak lima tahun sampai mereka dapat mengangkat tumornya," kata Charlene.
Hal ini tentu membuat kehidupan mereka berubah. Sang tunangan tak lagi bisa mengurus anak-anak mereka seperti biasa dan membantu pekerjaan rumah.
Kondisi inilah yang membuat Charlene kian tertekan. Ditambah dengan adanya pandemi virus corona, Charlene merasa bahwa dia mesti melakukan sesuatu untuk mengembalikan semangat hidupnya.
"Begitu lockdown diangkat, aku mendaftar untuk operasi, yakni sekitar delapan minggu lalu," cerita Charlene.
Charlene lantas tinggal di rumah ibunya selama seminggu untuk memulihkan diri, sementara saudarinya membantu Dan untuk menjaga anak mereka.
Kisah Charlene England ini mendapat banyak kritikan pedas. Tak sedikit yang menyebutnya egois karena tetap melakukan implan bokong saat tunangannya sakit keras.
"Tak ada yang berhak memanggilku egois. Aku bilang pada semuanya bahwa aku harus melakukan ini demi kesehatan mentalku," tegas Charlene.
"Aku menghabiskan seluruh waktuku merawat orang lain dan aku membutuhkan sesuatu untuk diriku sendiri, untuk meningkatkan rasa percaya diriku."
Charlene sendiri mengaku bahwa tunangannya memahami keinginan ini. Pria itu juga memuji hasil implan bokong tersebut.
"Kini aku punya bokong besar, dan aku lebih percaya diri dengan tubuhku. Aku merasa 100% baik dan dapat memakai apa pun yang aku mau."
"Aku tak sedih lagi, aku dapat terus melanjutkan hidupku sekarang," imbuhnya.
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif