
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Tren kecantikan memang terus berkembang dan juga berganti setiap waktu. Hanya saja, beberapa di antaranya dapat dikatakan meninggalkan kesan cukup mendalam karena terlalu ekstrem.
Perawatan wajah dengan bahan alami mungkin terdengar biasa. Begitu pula dengan munculnya beragam produk dengan harga yang sangat bervariasi.
Namun, ada juga perawatan wajah ekstrem yang rupanya penuh risiko. Uniknya, banyak orang tertarik untuk mencobanya walau metodenya bikin merinding.
Dirangkum dari Yukepo.com, simak beberapa tren kecantikan ekstrem yang pernah populer di kalangan masyarakat berikut ini.
Baca Juga
-
Ukuran Payudaranya Tidak Seimbang, Wanita Ini Menolak Operasi Plastik
-
Mengaku Tak Bahagia, Wanita Ini Ingin Penampilannya Berubah Mirip Robot
-
Dinyatakan Positif Corona, Wanita Ini Malah Pergi Perawatan Kuku di Salon
-
Wanita Ini Murka ke Suaminya, Bra Mahal Kesayangan Dipakai Beginian
-
Mengenal Foundation untuk Setiap Jenis Kulit, Awas Salah Pilih!
-
Wanita Ini Sering Dikira Kembar dengan Ibunya, Sampai Suami Ikut Tertipu

Membakar wajah
Metode ekstrem ini pernah menjadi tren di salon-salon kecantikan yang ada di Tiongkok pada 2014 lalu. Membakar wajah dikatakan dapat membuat wajah menjadi awet muda.
Panas yang dihasilkan oleh kobaran api di sekitar wajah diyakini bisa membantu menghilangkan kerut dan membantu regenerasi sel kulit mati.
Walau wajah dilapisi handuk yang telah diberi ramuan khusus untuk menghindari luka bakar, prosesnya tetap sangat berisiko.
Masker darah
Vampire Facelift ini dipopulerkan Kim Kardashian. Banyak orang tertarik mencoba karena diklaim dapat membuat wajah halus hingga 9-18 bulan setelah perawatan.
Metode ini dilakukan dengan mengambil plasma darah sendiri, kemudian menyuntikkannya ke wajah.
Pakai lendir siput hidup
Pernah tren di tahun 2019, rupanya perawatan wajah ini merupakan tradisi kuno asal Jepang.
Dipercaya bisa bikin awet muda, lendir dari siput dikatakan membantu regenerasi kulit dan menghilangkan bekas jerawat.
Alih-alin mengerikan, metode ini lebih terkesan menjijikkan. Sebab, perawatan dilakukan dengan meletakkan siput hidup di atas wajah dan menyebarkan lendirnya.
Sengatan lebah
Masih dikutip dari Yukepo,com, sebenarnya ini adalah perawatan kuno yang telah berusia ribuan tahun.
Namun, metode ini baru terkenal lagi setelah beberapa waktu lalu di Indonesia, tepatnya daerah Tegal, ada yang membuka jasa perawatan wajah dengan menggunakan sengatan lebah.
Banyak orang tergiur mencoba karena klaim khasiatnya antara lain membikin wajah lebih kencang, bersih, dan tampak berseri.
Perawatan lintah
Berani menempelkan lintah ke wajah? Tren kecantikan ekstrem ini diyakini dapat mencegah keriput sehingga tampak awet muda.
Wajah disetrum
Perawatan wajah berikutnya tidak kalah ekstrem. Beberapa kabel yang nantinya dialiri gelombang gamma elektromagnetik akan dipasang di wajah.
Tampak menakutkan, perawatan ini juga diklaim bisa memberikan tampilan awet muda yang jadi idaman banyak orang.
Masker kotoran burung
Kendati terdengar menjijikkan, masker kotoran burung dipercaya bisa membikin kulit tampak cerah, lembut, dan kenyal. Perawatan wajah dari Negara Sakura ini disebut telah menjadi tradisi turun temurun, utamanya di kalangan Geisha.
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif