Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Seorang wanita akhirnya berhasil mewujudkan mimpi sebagai seorang model. Padahal, wanita tersebut sempat dibilang tak cocok menjadi model oleh gurunya.
Mia Mauge adalah wanita 55 tahun yang ikut dalam kampanye lingerie New Neutrals milik brand Marks and Spencer's. Mia juga sekaligus mewujudkan mimpinya saat masih sekolah.
"Jika kau berkata kepadaku setahun lalu bahwa aku akan menjadi model untuk kampanye M&S, aku akan bilang kau sudah gila," ungkap Mia seperti dilansir dari The Sun.
Mia pernah mengungkapkan mimpinya untuk menjadi model ketika masih sekolah. Namun, seorang guru menganggap bahwa mimpi Mia tersebut tidak realistis.
Baca Juga
-
Kisah Wanita Menikah dengan Narapidana, Rela Pindah demi Menyusul Suami
-
Bukti Setia, Kisah Wanita Bangun Kuil dan Patung untuk Mengenang Suami
-
Buku Nikah Dibongkar Anak, Perjanjian Perkawinan Pasangan Ini Curi Atensi
-
Nikahi Orang Indonesia, Bule Prancis Bikin Ngakak Lakukan Ini saat Ijab
-
Kelewat Mirip, Influencer Ini bak Kembaran Fan Bingbing usai 8 Tahun Oplas
-
Baru Sehari Nikah, Viral Wanita Curhat Ditinggal Suami gara-gara Ibu Mertua
"Saat sekolah, penasihat karirku bertanya apa yang ingin kulakukan dan aku langsung menjawab menjadi model."
"Tapi dia melihatku seolah-olah aku konyol dan berkata, 'Mari mencari pilihan yang lebih realistis' dan mengarahkanku menjadi perawat."
Mia Mauge sendiri akhirnya berprofesi sebagai jurnalis di bidang musik. Namun, setahun lalu ia mulai membuka akun Instagram.
Sejak saat itu, pengikuti Mia mulai bertambah. Ia juga diajak bekerja sama dengan empat agensi model, tapi sempat merasa tidak percaya diri.
Meski begitu, Mia akhirnya memberanikan diri untuk mencoba karir baru. Wanita 55 tahun tersebut akhirnya bisa menjadi model untuk Marks and Spencer's.
Di sisi lain, Marks and Spencer's memang tengah merilis pakaian dalam yang ditujukan untuk berbagai macam warna kulit. Brand ini juga mencari model di atas umur 50 tahun.
"Aku tidak pernah punya rasa percaya diri untuk berpose di lingerie sebelumnya, tapi kampanye ini telah membuatku merasa positif dan bangga untuk merepresentasikan perempuan lainnya," tambah Mia.
Selain karena perkataan gurunya saat sekolah, Mia juga sempat kehilangan rasa percaya diri karena rambutnya beruban di usia muda. Hal tersebut terjadi tak lama setelah ia menjadi ibu.
"Umurku 31 dan aku merasa takut. Aku ingat berpikir: aku sudah menyerahkan karirku, aku ibu rumah tangga dengan berat badan yang bertambah, dan sekarang aku punya rambut abu-abu. Ini tidak mungkin terjadi padaku," kenangnya.
Mia menghabiskan 19 tahun mengecat rambutnya agar tidak ketahuan jika sudah beruban. Ia juga memakai topi atau syal untuk menutupi rambut.
Meski begitu, Mia mulai mendapatkan kepercayaan diriny di umur 50. wanita ini akhirnya memutuskan untuk tampil alami tanpa memedulikan perkataan orang lain.
"Aku selalu punya masalah dengan rasa percaya diri pada tubuhku dan merasakan hal itu pada hari kampanye."
"Tapi M&S memutar musik dan memintaku menari agar rileks. Aku tenggelam dalam suasana yang ada dan hanya bersneang-senang."
Kini, setelah sukses mencapai mimpinya sebagai model, Mia mengungkap bahwa ia sudah lebih percaya diri serta bisa mencintai bentuk tubuhnya.
Terkini
- Ide Merayakan Valentine Bersama Orang Terkasih, Dinner Romantis Bisa Jadi Pilihan
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender