Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Menangis saat sedih karena putus cinta atau ditinggal orang terkasih adalah hal wajar. Lalu, mengapa kita juga bisa menangis saat bahagia? Kenapa ada air mata yang menetes saat kita merasa terharu?
Seorang psikolog yang mempelajari emosi dan ekspresi wajah, Oriana Aragon mengatakan menangis saat bahagia juga bisa dibilang hal lumrah.
Dia lalu menjelaskan, saat seseorang meneteskan air mata, terdapat senyawa leucine enkephalin yang terlepas. Fungsinya adalah menghilangkan rasa sakit, termasuk mengobati kesedihan.
''Namun saat orang menangis senang, leucine enkephalin membuat mereka merasa lebih bahagia,'' kata Oriana.
Baca Juga
Alasan ilmiah lainnya juga dijelaskan oleh psikiatri dari Penn State, Jordan Gaines Lewis. Dia bilang, saat sinyal sedih dan bahagia muncul, sistem saraf parasympathetic akan aktif dan melepaskan acetylcholine.
Acetylcholine itulah yang kemudian memerintahkan kelenjar air mata untuk berproduksi. Air mata lalu bakal membanjiri pelupuk mata dan orang-orang menyebutnya sebagai ekspresi menangis.
Bagaimana? Apakah kamu sudah paham mengapa kita bisa menangis saat bahagia juga?
Artikel ini sudah dipublikasikan di HiMedik.com dengan judul Mengapa Seseorang Bisa Menangis Saat Bahagia?
Terkini
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi