Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Imlek selalu identik dengan kudapan kue keranjang. Kue manis serupa dodol ini mudah ditemui di setiap rumah kala Tahun Baru China tiba. Namun tahukah kamu? Di balik legit manisnya kue keranjang, ada sebuah cerita wanita hampir 3 generasi yang bertahan menjalankan usaha ini hingga sekarang.
Siauw Li Tyen tampak sibuk mengemas kue keranjang yang sudah siap dipasarkan. Tangan gesitnya sangat lincah mengemas satu demi satu kue bulat ini. Raut lelah terkadang tampak di wajahnya tapi tak menghalangi geraknya untuk terus bekerja.
Menurut pengakuannya, usaha pembuatan kue keranjang yang di rumah produksi itu sudah berjalan selama dua generasi. Sebelumnya, kue yang sudah eksis sejak 60 tahun yang lalu ini dipegang oleh ibunya.
Baru 25 tahun yang lalu, Siauw Li Tyen bersama adiknya, Siauw Li Sien, meneruskan usaha keluarga ini. Rumah produksinya terletak di Kampung Tukangan, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta.
Baca Juga
''Saya 6 saudara, tapi yang nerusin usaha ini cuma saya sama adik saya,'' ujarnya sambil menjelaskan jika saudara lainnya sudah sibuk dengan usaha mereka masing-masing.
Dalam menjalankan usaha turun temurun, Siauw Li Tyen yang akrab disapa Sulistyowati ini nggak pernah mengubah resep kue keranjang yang diwariskan ibunya.
Sulis bertahan dengan resep asli dan berani menjamin jika kue keranjang buatannya lebih awet karena diolah dengan cara yang masih tradisional. Sulis juga tidak pernah menambahkan pengawet kimia pada kue buatannya.
''Dikukus pakai minyak tanah biar matengnya rata sampai ke dalam. Kalau minyak tanahnya diganti gas, hasilnya nggak bagus. Nggak matang sampai dalam,'' ungkapnya.
Rupanya, tingkat kematangan inilah yang mempengaruhi awet atau tidaknya kue keranjang. Jika matang sempurna dan diolah secara perlahan, kue keranjang yang dihasilkan akan lebih awet.
Meskipun sangat mencintai pekerjaannya sebagai produsen kue keranjang, tapi umur Sulis tak lagi muda. Dia tidak mungkin terus-menerus menjalankan bisnis ini berdua saja dengan adiknya. Ke depannya, kata Sulis, anak perempuannya yang dapat giliran meneruskan bisnis keluarga ini.
Baginya, membuat kue keranjang tidak bisa disepelekan. Tradisi ini sudah seperti kewajiban baginya, terutama saat tahun baru Imlek tiba. Sederhananya, dengan cara ini Sulis bisa meneruskan tradisi nenek moyang. Hal itulah yang membuatnya bersikeras untuk menurunkan usaha ini pada anaknya.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri