Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Puluhan anak-anak dari tingkat TK hingga SMA terlihat memenuhi area panggung utama Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) XIV pada Minggu, (17/02/2019).
Mereka nampak asyik menggoreskan berbagai teknik pewarnaan di atas media kertas A3 untuk mengikuti "Lomba Mewarnai dan Desain Batik Peranakan Khas Jogja".
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, untuk pertama kalinya pihak PBTY XIV mengadakan lomba tersebut.
Mereka mengadakan 5 kategori, yakni TK, SD (1-3), SD (4-6), SMP dan SMA. Untuk tingkat TK dan SD (1-3) dikhususkan untuk mewarnai saja dengan alat pensil warna maupun crayon.
Baca Juga
Sementara itu, untuk tingkat SD (4-6), SMP dan SMA dibebaskan soal alat pewarnaan, namun mereka harus mendesain sendiri.
Tentunya, desain yang dibuat harus memiliki unsur Tionghoa. Di sini panitia mewajibkan adanya desain bermajas batik khas peranakan Tionghoa Nusantara.
Desain yang dibuat peserta wajib menyertakan minimal salah satu komponen ikonik seperti gapura Kampung Ketandan, barongsai, naga/liong, karnaval maupun suasana PBTY.
Lomba yang dimulai pukul 9 pagi ini tidak hanya memilih karya mana yang paling bagus, sebab setiap karya yang dinilai baik oleh juri bisa diproduksi sebagai kain batik tulis/cap jika memungkinkan.
Semua itu harus peserta selesaikan dalam kurun waktu 1,5 untuk mewarnai dan 2 jam untuk desain, namun sebelum sampai tenggat waktunya, banyak yang sudah selesai dan mengumpulkan karya pada panitia.
Usai mengikuti lomba, peserta pun diajak mengenal lebih jauh tentang batik batik peranakan oleh Museum Batik Jogja.
Terkini
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat