Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sebuah perusahaan Jerman mendapat kecaman setelah merilis sebuah iklan yang menampilkan seorang wanita Asia yang mencapai kepuasan seksual dari mengendus pakaian kotor pria kulit putih.
Iklan tersebut berasal dari Hornbach, perusahaan berbasis di Bornheim yang menawarkan produk-produk perbaikan rumah seperti peralatan rumah tangga dan persediaan berkebun.
Pada 45 detik awal, iklan dimulai dengan beberapa pria kulit putih berusia 40an yang bekerja keras di kebun masing-masing. Mereka kemudian menyerahkan pakaian kotor mereka, termasuk pakaian dalam, kepada dua pria berjas putih.
Iklan memotong pakaian mereka yang sedang diproses untuk dikemas di pabrik, yang sebentar lagi akan berakhir di mesin penjual otomatis. Semuanya diakhiri dengan seorang wanita Asia yang membeli paket, mengendusnya dan tampaknya mencapai kepuasan seksual.
Baca Juga
Iklan tersebut telah mendapat reaksi besar sejak diunggah ke YouTube, netizen mengecam karena menggambarkan wanita Asia secara diskriminatif. Minggu ini, seorang pengguna Twitter Korea Selatan bernama Sung Un memulai sebuah utas Twitter yang menjelaskan masalahnya secara terperinci.
Sebuah petisi change.org pun dibuat untuk menuntut penghapusan iklan, penyelidikan menyeluruh, permintaan maaf publik untuk wanita Asia dan publikasi pemutaran iklan dari Hornbach.
Sung Un sendiri adalah seorang mahasiswa S2 yang telah tinggal di Cologne sejak 2010, menjelaskan bahwa iklan tersebut bermasalah karena tiga alasan. Pertama, wanita Asia diwakili sebagai alat belaka untuk membuat pelanggan pria kulit putih merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Kedua, iklan itu dapat membuat kehidupan sehari-hari wanita Asia di Jerman lebih keras. Lalu ketiga, Hornbach secara sadar memilih wanita Asia karena mereka sering dikonsumsi sebagai eksotik seksual tanpa suara.
Sampai sekarang petisi itu sudah ditandatangani oleh 1.400 lebih orang. Pihak Hornbach sendiri sudah mengeluarkan pernyataan resmi dan menyadari bahwa konten tersebut menimbulkan salah paham serta kemarahan. Mereka sudah meminta maaf dan membuka dialog bagi siapapun yang keberatan.
Tag
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri