Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Pencabutan lisensi dokter asal Myanmar, Nang Mwe San, menimbulkan kontroversi. Pasalnya, pemicu masalah yang menimpa ahli medis sekaligus model itu adalah foto seksi dirinya dengan berbagai pakaian terbuka, termasuk bikini, di media sosial Facebook.
Diberitakan Channel News Asia, Jumat (14/6/2019), Dewan Medis Myanmar menangguhkan lisensi medis Nang Mwe San melalui sebuah surat tertanggal 3 Juni. Ia dianggap berpakaian tak pantas. Tak terima, Nang Mwe San lantas mengajukan banding terhadap keputusan tersebut.
Pada halaman Facebook miliknya, wanita 28 tahun itu diketahui sering mengunggah foto saat mengenakan gaun ketat, pakaian dalam, pakaian renang, dan bahkan pakaian tradisional Burma dengan pose seksi.
Nang Mwe San sendiri telah menjadi dokter umum selama empat tahun, tapi sudah tak praktik lagi sejak dua tahun lalu, demi mengejar karier modeling. Pencabutan izin praktek dokter juga membuat Nang Mwe San nantinya dilarang melakukan praktik medis lagi.
Baca Juga
Menurut surat keputusan yang dibagikan di Facebook, Nang Mwe San disebut terus mengunggah foto dirinya saat mengenakan pakaian yang dinilai tak sesuai tradisi Burma. Padahal, berdasarkan keterangan dalam surat, ia sudah berjanji untuk tak mengulanginya, setelah mendapat peringatan pada Januari lalu.
"Saya terkejut dan sangat sedih. Untuk menjadi seorang dokter, itu adalah perjuangan yang panjang," ungkap Nang Mwe San kepada Thomson Reuters Foundation melalui telepon, Jumat lalu. "Apakah saya mengenakan pakaian seksi saat bertemu pasien saya? Tidak pernah."
Sementara itu, Dewan Medis Myanmar tidak merespons ketika dihubungi Thomson Reuters Foundation.
Halaman Facebook Nang Mwe San telah diikuti lebih dari 400 ribu warganet. Meski begitu, tampaknya tak semua followers menyukai wanita berambut panjang itu.
"Kamu harus memilih antara menjadi seorang profesional medis atau seorang eksibisionis. Kamu tidak bisa memilih dua-duanya karena saling bertentangan," komentar salah satu pengguna Facebook.
Di sisi lain, Shunn Lei, pendiri majalah feminis Myanmar Rainfall, berpendapat kasus Nang Mwe San merupakan contoh kontrol masyarakat terhadap tubuh perempuan di Myanmar.
"Seksisme telah mengakar dalam pola pikir orang Burma. Masalahnya adalah, masyarakat patriarkis kita menganggap peran wanita itu sama dengan untuk melindungi tradisi dan budaya Burma," ungkapnya kepada Thomson Reuters Foundation.
"Setiap kali seorang model berpose untuk foto - foto seksi, itu selalu bertentangan dengan budaya Burma. Tapi apa budaya Burma? Saya tidak begitu mengerti," imbuh dia.
Nang Mwe San bersikeras akan mempertahankan karier modelingnya. Ia juga mengatakan masih banyak etika dalam dunia medis yang lebih penting untuk dibahas daripada sekadar pekerjaannya sebagai model. (Suara.com/Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)
Terkini
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat