
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Menjadi seorang publik figur memang tak akan bisa lepas dari omongan negatif dari masyarakat. Hal tersebut juga dialami oleh Meghan Markle sejak dirinya menjalin hubungan dengan Pangeran Harry pada tahun 2017.
Diketahui bahwa sejak mempublikasikan hubungannya dengan Pangeran Harry, kehidupan Meghan Markle selalu menjadi sorotan. Tak hanya omongan atau berita baik, berbagai omongan negatif pun juga sering ditujukan kepadanya.
Namun, hal tersebut tak membuat Meghan Markle stres maupun menyerah. Bahkan dirinya mempunyai kekuatan untuk menghadapinya, termasuk saat dirinya disebut pembangkang karena tak mengikuti aturan kerajaan.
"Sulit bagi Meghan (hidup) di London karena pers sangat kejam di sana. Ini adalah hidupnya. Tetapi mentalnya seperti, 'Ya, jika seperti ini, saya akan melakukan apa yang ingin saya lakukan. Saya tidak akan bermain dengan aturan ini' kurang lebih begitu," ungkap salah satu sumber yang dilansir dari laman ELLE.
Baca Juga
Istri Pangeran Harry ini dilaporkan ingin lebih aktif lewat proyek-proyek yang bisa dijalaninnya, seperti menjalani proyek amal sendiri. Ia ingin bisa lebih terlibat dan menciptakan inisiatif-inisiatif baru.

Selain mendapatkan omongan negatif atas apa yang dilakukannya, Meghan Markle juga memiliki beberapa julukan buruk. Seperti julukan 'Degree Wife' yang diberikan oleh anggota keluarga kerajaan yang tak dikenal untuk dirinya.
Menurut laporan, julukan tersebut diberikan kepada Meghan Markle karena mereka yakin jika pernikahannya dengan Pangeran Harry hanya akan bertahan selama tiga tahun.
Selain itu, ia juga disebut mendapatkan julukan sebagai 'Duchess Difficult' oleh para staf kerajaan karena dirinya dianggap terlalu banyak menuntut.
Terkini
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi
- Musikal untuk Perempuan: Merayakan Persahabatan Lewat Lagu Kunto Aji dan Nadin Amizah
- Melangkah Sendiri, Merdeka Sepenuhnya: Kenapa Perempuan Pilih Solo Traveling?
- Koneksi Bukan Kompetisi: The Real Power of Women Supporting Women