Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Stigma tentang perempuan di dunia kerja masih terlihat. Perempuan dianggap lebih lemah ketimbang lelaki sehingga jarang diberi tanggung jawab sebagai pemimpin.
Saat mendapat pimpinan perempuan, tak sedikit lelaki yang menganggap remeh, bahkan cenderung membangkang ketika ditegur. Jika ini terjadi, bagaimana cara menghadapinya?
Direktur Bina Pemagangan Kemenaker RI, Siti Kustiati menyarankan para atasan perempuan untuk memberi kesempatan sebanyak tiga kali kepada para bawahannya. Nah, jika tidak juga diindahkan, sudah saatnya bersikap tegas.
"Pernah di tempat saya mengalami hal seperti itu, laki-laki sudah tua, lakukan kesalahan, ketika diberi tahu nggak mau begini begitu. Kemudian masih tetap lakukan yang sama. Saya orangnya dikasih tahu prinsip tanya tiga kali, harus tegas, selebihnya ambil tindakan," ujar Kustiati dalam acara CEO Forum Kompas di Plataran Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (12/11/2019) kemarin.
Baca Juga
Walau perempuan dikenal sebagai sosok yang mudah berempati dan bersimpati, Kustiati mengingatkan untuk tidak lantas terima begitu saja saat disepelekan. Buktikan perempuan juga bisa bersikap tegas. Tapi, tetap kata dia, harus bertahap saat bertindak.
"Bukan berarti karena gender kita perempuan, bisa seenaknya saja. Pertama kita ngomong dari hati ke hati, baru habis itu agak tegas baru, setelahnya dibantai habis," ungkapnya sembari setengah berkelakar.
Bukan tanpa alasan, tahapan ini dilakukan agar orang itu tidak kaget dengan segala masukkan.
"Ada tahapan supaya orang nggak kaget, begitu saja saya sudah dicap galak," imbuhnya.
Selebihnya, perempuan diakui Kustiati masih menghadapi berbagai stigma, terutama terkait isu kesetaraan gender. Jadi, hal yang harus dilakukan para perempuan pekerja adalah bekerja dan berusaha lebih keras demi membantah pandangan-pandangan itu.
Alhasil, perempuan ini seringkali malah dicap sebagai orang yang galak. Padahal, segalanya dilakukan semata-mata untuk menegakkan aturan agar semua berjalan seperti yang seharusnya.
"Saat ada staf pindahan, saya ditanya orangnya gimana? saya galak nggak? Nah, mari kita membuka diri, beberapa perempuan yang mau meningkatkan kariernya, harus bekerja ekstra lebih banyak. Perempuan punya kemampuan multitasking ini yang harus didalami," tutup dia. (*Dini Afrianti Efendi)
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri