
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari University of Chicago menunjukkan seperti apa perbedaan antara cinta dan nafsu. Peneliti menyatakan, perbedaan itu mungkin dapat dilihat dari mata.
Dilansir dari Scince Daily, cara teman kencan memandang Anda bisa menunjukkan apakah cinta atau nafsu yang ada di benaknya.
Studi itu menyatakan, jika pandangan teman kencan Anda menuju ke wajah, maka cenderung mengarah pada pandangan romantis atau cinta. Sementara kalau dia menatap pada tubuh, mungkin mereka hanya merasakan hasrat seksual.
Kuncinya, coba lihat pada penilaian atau pandangan otomatis dalam setengah detik pertama.
Baca Juga
-
Waspada! Berikut Alasan Pria Mendadak Bosan Menjalani Hubungan Asmara
-
Cobalah Berhenti Membenci Diri Sendiri, Terapkan 5 Tips Berikut
-
Hati-Hati Friendzone! Ketahui Tanda Kamu Menyukainya Lebih dari Teman
-
Malas Jomblo saat Pandemi, 3 Zodiak Ini Bertahan setelah Tahu Diselingkuhi
-
Tak Segampang Putus, Simak 8 Pertanyaan Ini sebelum Ajukan Gugatan Cerai
-
Kisah Pernikahan Pasangan Down Syndrome, Sempat Galau Jalani LDR
"Walau saat ini sedikit yang diketahui tentang ilmu cinta pada pandangan pertama atau bagaimana orang jatuh cinta, pola-pola respons ini memberikan petunjuk pertama tentang bagaimana proses perhatian otomatis, tatapan mata bisa membedakan perasaan cinta," catat penulis utama Stephanie Cacioppo, direktur Laboratorium NeuroImaging Listrik Berkinerja Tinggi.
Penelitian ini telah diterbitkan secara online di jurnal Psychological Science. Penelitian sebelumnya oleh Cacioppo menunjukkan bahwa berbagai jaringan wilayah otak diaktifkan oleh cinta dan hasrat seksual.
Dalam studi ini, tim melakukan dua percobaan untuk menguji pola visual. Mereka berupaya menilai dua keadaan emosi dan kognitif yang berbeda yang seringkali sulit untuk dipisahkan satu sama lain cinta romantis dan hasrat seksual (nafsu).
Mahasiswa pria dan wanita dari Universitas Jenewa melihat serangkaian foto hitam-putih tentang orang yang belum pernah mereka temui. Pada bagian satu penelitian, peserta melihat foto-foto pasangan heteroseksual muda dan dewasa yang saling memandang atau berinteraksi.
Pada bagian dua, peserta melihat foto-foto individu yang menarik dari lawan jenis yang sedang melihat langsung ke kamera atau penonton. Tak ada foto yang berisi gambar telanjang atau gambar erotis.
Studi ini menemukan tak ada perbedaan signifikan dalam waktu yang dibutuhkan subjek untuk mengidentifikasi cinta romantis versus hasrat seksual yang menunjukkan seberapa cepat otak bisa memproses kedua emosi.
Tetapi analisis data pelacakan mata dari dua studi itu mengungkapkan perbedaan yang nyata dalam pola pergerakan mata, tergantung pada apakah subjek melaporkan perasaan hasrat seksual atau cinta romantis.
Orang-orang cenderung terpaku secara visual pada wajah, terutama saat mereka mengatakan sebuah gambar memunculkan perasaan cinta romantis. Namun, dengan gambar yang membangkitkan hasrat seksual, mata subjek bergerak dari wajah beralih ke seluruh tubuh.
"Dengan mengidentifikasi pola mata yang spesifik untuk rangsangan yang berhubungan dengan cinta, penelitian ini bisa berkontribusi pada pengembangan biomarker yang membedakan perasaan cinta romantis versus hasrat seksual," ungkap Profesor Tiffany dan Margaret Blake, rekan peneliti. (*Fita Nofiana)
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif