Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Kabar baik untuk penggemar cokelat. Sarapan cokelat atau mengonsumsi cokelat sebelum tidur dikatakan terbukti tidak berisiko menyebabkan kenaikan berat badan.
Hal itu tercantum dalam hasil penelitian di Brigham and Women's Hospital yang mempelajari dampak penambahan cokelat susu pada diet perempuan pascamenopause untuk sebuah makalah yang diterbitkan dalam The FASEB Journal.
Studi ini menganalisis 19 perempuan pascamenopause yang terlibat dalam uji coba silang terkontrol secara acak. Mereka mengonsumsi 100 gram cokelat susu baik dalam waktu satu jam setelah bangun tidur atau dalam waktu satu jam sebelum tidur.
Para peneliti membandingkan kenaikan berat badan dan ukuran lainnya dengan perempuan yang tidak punya asupan cokelat. Hasilnya, melaporkan bahwa asupan cokelat pagi atau malam hari tidak menyebabkan penambahan berat badan.
Baca Juga
-
Bertemu Bos Transmedia, Ayu Ting Ting Tampil Kece Pakai Dress Rp12 Juta
-
Rapper Drake Pakai Kasur Mewah Seharga Rp5,7 Miliar, Terbuat dari Bulu Kuda
-
Membaca Kepribadian Seseorang dari Topping Es Krim Favorit, Kamu yang Mana?
-
Curhat Guru Sejarah Dipecat dari Sekolah, Ketahuan Jadi Model Dewasa
-
Kisah Pasangan Minta Donasi Bayi Tabung saat Nikah, Kini Sudah Punya Anak
-
Curhat Wanita yang Menikah dengan Lumba-Lumba: Dia Suamiku Satu-satunya
Makan cokelat di pagi atau sore hari bahkan disebut bisa memengaruhi rasa lapar dan nafsu makan, komposisi mikrobiota, tidur dan banyak faktor lainnya.
Peneliti juga menemukan bahwa asupan cokelat yang tinggi di pagi hari benar-benar bisa membantu pembakaran lemak dan mengurangi kadar glukosa darah. Makan cokelat di malam hari juga bisa mengubah metabolisme pada keesokan paginya.
"Temuan kami sangat tinggi bahwa tak hanya 'apa' tetapi juga 'kapan' kita makan bisa memengaruhi mekanisme fisiologis dalam pengaturan berat badan," ungkap Frank AJL Scheer, PhD, MSc, seorang ahli saraf dengan divisi gangguan tidur dan sirkadian, departemen kedokteran dan neurologi di Brigham and Women's Hospital, sebagaimana dikutip dari Fox News.
Meski begitu, para penulis mengakui bahwa penelitian mereka terbatas pada sekelompok kecil wanita pascamenopause. Oleh karenanya, penelitian lebih lanjut yang melibatkan pria dan wanita muda masih perlu dilakukan.
Penelitian di masa depan disarankan bisa membedakan apakah manfaat yang ditemukan merupakan konsekuensi dari efek menguntungkan dari cokelat. (*Lilis Varwati)
Terkini
- Tagar #KaburAjaDulu, Ketika Anak Muda Angkat Tangan pada Realita
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?