Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Banyak pasangan kerap terus bertahan dalam sebuah hubungan asmara. Hubungan yang dijalani bisa jadi malah saling menyakiti dan merugikan satu sama lain, tapi tetap saja enggan mengakhiri.
Beberapa menyebut kondisi itu sebagai hubungan beracun atau toxic relationship. Hanya saja, mereka yang di dalamnya kadang tidak sadar bahwa berada dalam hubungan toksik.
Kenapa orang bertahan dalam hubungan yang beracun atau hubungan tidak sehat?
Menjawab pertanyaan tersebut, Suara.com---jaringan Dewiku.com telah mewawancarai Counselor Touche Development Center sekaligus Kandidat Psikologi Klinis Farra Anisa Rahmania, Minggu (10/10/2021) lalu.
Baca Juga
-
Bukan Makin Kesepian, Ternyata Ini Manfaat Menghabiskan Waktu Sendirian
-
Harganya Rp17 Miliar, Tertarik Beli Rumah Berhantu di Film Conjuring?
-
5 Arti Mimpi Anjing, Bisa Jadi Pertanda Ada Hubungan yang Akan Berakhir
-
Wanita Ini Punya Pacar 3 Dekade Lebih Tua, Tak Keberatan Disebut Sugar Baby
-
Mengapa Perempuan Lebih Gampang Kedinginan? Ini Penjelasannya
-
Ini Hal yang Paling Dibenci Setiap Zodiak, Pisces Rupanya Tak Suka Dikritik
:Kadang ada orang yang udah sadar, tapi tetap berusaha bertahan bahwa semuanya bisa berubah, semuanya bisa dipertahankan," ujar dia.
Saat memilih bertahan dalam hubungan toksik, menurut Farra seseorang akan bertindak defensif dan keras kepala jika mendapatkan saran yang baik dari orang lain. Salah satunya tentang hubungan yang sudah rusak dan sulit untuk diperbaiki.
Selain itu, Farra melanjutkan ada alasan di balik pilihan seseorang untuk bertahan dalam hubungan toksik. Salah satunya, karena telah menjalani hubungan yang cukup lama, bahkan sudah saling kenal keluarga besar.
"Jadi kayak merasa sudah saling memahami. Padahal kalau saling manipulatif dan abusive, jadi letak memahaminya di mana? Karena sama-sama nggak tahu, dan nggak bisa membangun komunikasi yang sehat," ucap dia.
"Dan orang yang memilih bertahan di hubungan toxic itu karena sudah lama hubungannya. Jadi berharap aku bisa merubah dia, dan aku bisa bantu untuk merubah dia," imbuh Farra.
Meski manusia bisa berubah, Farra mengatakan jika salah satu pasangan tidak ada yang mau berubah dari dirinya sendiri, hubungan tak bakal kembali sehat. Pada akhirnya, konflik akan selalu terjadi terus-menerus.
"Kalau keinginan berubah hanya datang dari satu pasangan, dan satu pasangan tidak memiliki kesadaran akan sifat beracunnya, itu nggak bakalan berubah. Kalau lagi konflik misalnya, jadi masalahnya cuma muter-muter di situ aja," terang Farra. (*Aflaha Rizal Bahtiar)
Terkini
- Perjuangan Kesetaraan Gender: Masih Banyak Tantangan di Indonesia!
- Buka Puasa Mewah All You Can Eat Rasa Dunia Cuma Rp425 Ribu di The Sultan Hotel!
- Fawning: Jebakan Menyenangkan Orang Lain, Sampai Lupa Diri Sendiri
- Overparenting, Jebakan Pola Asuh Orang Tua Zaman Now: Bisa Hambat Kemandirian Anak?
- Sextortion dan Sexploitation: Ketika Privasi Jadi Senjata Pemerasan di Era Digital
- Wifey Material: Ketika Perempuan Dituntut Jadi 'Istri Idaman'
- Nyaman dengan Diri Sendiri Berawal dari Perawatan Tepat Area Kewanitan
- Main Character Syndrome, Ketika Perempuan Merasa Jadi Pusat Semesta
- Go & Glow Fun Run 2025: Tetap Bugar dan Glowing dengan Aktivitas Seru
- Hot Girl Walk: Ketika Perempuan Jadi Lebih Bahagia Cuma Modal Jalan Kaki