
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Hidup memang tak selamanya sesuai ekspektasi. Kadang, kekecewaan datang dalam berbagai bentuk dan cara, termasuk patah hati ketika berpisah dengan orang yang dicinta.
Patah hati lebih dari sekadar sakit hati. Dalam buku "Seni Menyembuhkan Sakit Hati" (2021) karya Claudia Sabrina, dikatakan bahwa patah hati ternyata lebih kompleks daripada yang orang kira selama ini.
Berikut tiga fakta menarik tentang patah hati yang belum banyak diketahui orang.
Patah hati tak melulu putus cinta dengan kekasih
Baca Juga
-
Y.O.U Beauty Dukung Perubahan Wanita Indonesia Lewat "Revolution of You"
-
Wanita Ini Curiga Lihat Bayangan Cewek di Kacamata Suami, Malah Plot Twist
-
Terobsesi Ukuran Dada Besar, Model Ini Sekarang Mengeluh Sulit Cari Baju
-
Hasil Survei: 98% Single di Indonesia Menginginkan Hubungan Jangka Panjang
-
Aroma Parfum Favorit Mewakili Karakter Seseorang, Coba Tes Kepribadian Ini!
-
Viral Wanita 10 Tahun Tak Cukur Bulu Ketiak, Penampakannya Bikin Heboh

Patah hati disebut sebagai suatu metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional serta penderitaan yang dirasakan seseorang. Seperti kehilangan seseorang, misalnya, mulai dari kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik, hingga penolakan cinta.
Patah hati biasanya dikaitkan dengan kehilangan anggota keluarga atau pasangan hidup. Walau kehilangan juga bisa terjadi pada kehilangan orangtua, anak, hewan peliharaan, dan teman.
Berdampak pada fisik
Patah hati disebut berdampak bagi fisik, salah satunya bagian dada, di mana ini bisa mengakibatkan sesak yang dialami oleh orang saat patah hati. Selain fisik, patah hati juga berdampak pada trauma emosional.
Walau patah hati biasanya tak memberi kerusakan fisik apapun pada jantung, ada sebuah kondisi bernama sindrom patah hati atau takotsubo kardiomiopati, yaitu saat sebuah insiden traumatic mendorong otak untuk menyalurkan zat-zat kimia ke jaringan jantung yang melemah.
Patah hati bisa terjadi pada anak
Patah hati juga bisa terjadi pada anak, misalnya karena orangtua berujung toksik yang membuat mental anak hancur. Banyak anak mempunyai orangtua yang menyebabkan banyak patah hati dengan berbagai bentuk pelecehan. Akibatnya, rasa sakit itu menancap di tubuh mereka, dan memunculkan kerusakan fisik dan emosional.
Dalam hal ini, anak perlu menemukan perlindungan untuk mengelola patah hati dan kesepian karena penolakan, pelecehan, serta kehilangan. (*Aflaha Rizal Bahtiar)
Terkini
- Vulnerable atau Oversharing? Menakar Batas Cerita Perempuan di Dunia Maya
- Merayakan Cinta Lewat Lagu, KOSTCON 2025 Hadirkan Konser OST K-Drama Pertama dan Terbesar
- Solusi Rambut Sehat dan Berkilau dengan Naturica, Wajib Coba!
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif