Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Beberapa waktu lalu, istilah hedonic treadmill sempat ramai diperbincangkan di media sosial. Apa itu hedonic treadmill? Bagaimana konsep ini mempengaruhi persepsi dan kepuasan kita terhadap kehidupan?
Hedonic treadmill atau hedonic adaptation merupakan konsep psikologis yang menjelaskan kecenderungan manusia untuk kembali ke tingkat kebahagiaan yang relatif stabil setelah mengalami peristiwa menyenangkan atau menyakitkan dalam hidup mereka.
Hedonic treadmill menggambarkan bahwa kebahagiaan seseorang cenderung hanya berlangsung sementara setelah mengalami sebuah peristiwa.
Misalnya, saat kamu akhirnya bisa membeli sesuatu yang diinginkan sejak lama, kamu mungkin merasa sangat senang dan gembira tapi cuma dalam waktu singkat.
Baca Juga
-
Resep Minuman Lemon Madu, Bisa Bantu Meredakan Batuk
-
5 Zodiak Ini Jago Membantu Orang Lain Menyelesaikan Masalah, Andalan Banget!
-
Tes Kepribadian: Apa Sushi Favoritmu? Temukan Maknanya di Sini
-
6 Arti Mimpi Kecelakaan Mobil, Ini Maknanya jika Kendaraan Sampai Jatuh dari Tebing
-
Bukan Cuma Menjaga Berat Badan, Ini Alasan Nycta Gina Gemar Olahraga
Hal sama berlaku untuk peristiwa menyakitkan, misalnya saat kamu kehilangan orang terkasih atau mengalami kegagalan. Mulanya, kamu mungkin merasa sangat sedih atau putus asa, tapi seiring waktu, tingkat kebahagiaan akan kembali ke titik semula.
Penyebab Hedonic Treadmill
1. Penyesuaian terhadap situasi yang baru
Ini adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan hedonic treadmill. Saat mengalami sesuatu yang baru, baik itu hal positif atau negatif, otak bakal menyesuaikan diri dan mencari keseimbangan kembali.
Contohnya, saat kamu mendapatkan promosi jabatan di tempat kerja, awalnya mungkin merasa senang dan puas dengan prestasi itu. Namun, seiring berjalan waktu, kamu mungkin mulai menginginkan lebih banyak atau malah merasa terbebani oleh tanggung jawab baru yang datang dengan posisi itu. Efeknya, tingkat kebahagiaanmu kembali ke tingkat awal atau bahkan lebih rendah.
2. Perbandingan dengan orang lain
Bias perbandingan sosial juga bisa berpengaruh. Ini mengingat seseorang biasanya punya kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain dalam hal kekayaan, prestasi, atau kebahagiaan.
Saat melihat orang lain punya lebih banyak hal, kamu mungkin merasa kurang puas dengan apa yang kamu miliki. Ketika kamu mencapai apa yang didambakan, kamu mungkin mulai membandingkan dirimu dengan orang-orang yang lebih baik lagi sehingga level kebahagiaanmu kembali berada dalam lingkaran yang sama.
Walau begitu, pemahaman akan konsep hedonic treadmill dapat membantumu mengelola harapan dan meningkatkan kualitas hidup. Pahamilah bahwa kebahagiaan tak cuma bergantung pada pencapaian atau akuisisi materi, tapi juga cara setiap orang memandang dan merespon kejadian dalam kehidupan.
Terkini
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat