Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Tidak semua orang merasa harus butuh pasangan untuk bahagia. Meski begitu, ada pula mereka yang rentan mengalami kesepian karena jomblo.
Penelitian terbaru Health Collaborative Center (HCC) mengungkap temuan menarik. Disebutkan bahwa single atau jomblo berisiko dua kali lipat lebih besar mengalami kesepian sedang. Kondisi itu juga dikatakan bisa berdampak pada kesehatan fisik hingga kematian.
Studi dilakukan dengan melibatkan 1.229 responden warga Jabodetabek. Mereka yang dinilai bisa mewakili hampir seluruh masyarakat Indonesia karena ada urbanisasi penduduk desa ke kota.
"Sebenarnya studi kami menemukan bahwa 60 persen orang yang tidak menikah atau jomblo itu ternyata diidentifikasi sebagai kesepian derajat sedang," ungkap peneliti utama dan Ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, dilansir dari Suara.com.
Baca Juga
-
Intip Harga 5 Tas Chanel Nagita Slavina, Paling Murah Rp60 Jutaan
-
5 Gaya Outfit Azizah Salsha Pakai Sweater Mewah, Ada yang Harganya Rp24 Juta
-
Gaya Selvi Ananda Pakai Sepatu Mewah Rp18 Jutaan, Jenama Favorit Old Money?
-
4 Zodiak Paling Cepat Move On, Putus Cinta Bukan Akhir Dunia
-
Orang Indonesia Berisiko Punya Pori Wajah Besar, Ini Dampaknya
Dr. Ray menjelaskan, pada kategori kesepian derajat sedang, seseorang perlu mendapat bantuan ahli atau pakar seperti psikolog maupun psikiater untuk menangani kondisinya dan tidak bisa diatasi sendiri. Jika dibiarkan, ada kemungkinan masuk kategori derajat berat yang efeknya bisa depresi, skizofrenia, atau gangguan kesehatan mental lainnya.
Walau jomblo berisiko 2 kali lipat atau 60 persen alami kesepian sedang, Dr. Ray menegaskan kondisi ini tidak serta merta terjadi. Ada faktor lain yang meningkatkan risiko kesepian sedang, yakni perantau (56%), usia muda 20 hingga 40 tahun risikonya 51%, dan perempuan (52%).
Selain itu, sebanyak 62% responden mengaku indikator kesepian dibentuk oleh perasaan tidak merasa cocok dengan pergaulan dan orang-orang di sekitarnya.
Artinya, status jomblo atau belum menikah tidak selalu berhubungan dengan kesepian sedang. Tetap dibutuhkan skrining atau pemeriksaan dasar gangguan kesehatan mental lebih dulu.
"Jadi yang perlu dilakukan adalah skrining lagi, apakah benar karena status jomblonya? Atau karena dia tidak memiliki akses ruang publik. Atau mungkin dia tidak memiliki support yang mendukung, atau mungkin sebaliknya dia memiliki gangguan organik lain yang tidak disadari," terangnya.
Sang dokter juga menegaskan bahwa menikah bukanlah jawaban dan solusi masalah kesepian, melainkan justru bisa menjadi pencetus kesepian tersebut. Hal ini berdasarkan temuan di mana sebanyak 47% responden yang sudah menikah pun tetap kesepian,
"Kalau sudah jomblo dan kesepian, disuruh nikah saja gitu? Belum tentu. Karena kita tahu akan begitu banyak masalah yang ditemukan ketika orang belum siap nikah untuk nikah. Sekarang bukan soal status jomblo atau status belum menikah, cari variabel penghubungnya dulu," paparnya.
"Jadi tidak ada jaminan, status pernikahan itu memang tidak bisa dikatakan penyebab atau bukan penyebab kesepian," imbuhnya.
Dr. Ray menyarankan para jomblo untuk mengetahui status kesehatan jiwanya. Jika masuk kategori kesepian sedang hingga berat, segera minta bantuan pada ahlinya. Ini karena kesepian bisa memberikan dampak yang cukup fatal jika dibiarkan terus-menerus.
"WHO sendiri sudah mengeluarkan rekomendasi bahwa bahaya dari kesepian dapat meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan jiwa, meningkatkan risiko penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah yang berbahaya bahkan meningkatkan risiko kematian,"tandasnya.
Terkini
- Rahasia Tangguh: Kuasai Self-Compassion untuk Kesehatan Mental
- Zombieing: Ketika Mantan Datang Tanpa Diundang, Lebih Seram dari Ghosting!
- Rebound Relationship: Ketika Mantan Jadi Bayang-Bayang Pacar Baru
- Stop Self-Talk Negatif! Ini Cara Membangun Self-Respect di Era Digital
- Merasa Kecil di Dunia yang Besar: Menggali Akar Inferiority Complex
- Resah Driver Ojol Perempuan: Ada Ketidakadilan Mengintai di Setiap Kilometer
- Fake It Till You Make It: Boleh Dicoba, Asal Jangan Kebablasan, Girls!
- Fatphobia Bukan Sekadar Masalah Berat Badan, Tapi Diskriminasi!
- Self Care Bukan Egois, Tapi Hak Setiap Perempuan untuk Sejahtera
- Pap Smear: Deteksi Dini Kanker Serviks, Selamatkan Nyawa Perempuan