Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Segala sesuatu yang berlebihan pada dasarnya tidak baik. Hal itu tak terkecuali soal asupan gula per hari yang sudah semestinya dibatasi.
Dokter Spesialis Gizi Klinik RSPI Pondok Indah, dr. Juwalita Surapsari, Sp.GK, mengungkapkan, gula bisa memicu pelepasan hormon bahagia seperti serotonin dan dopamin. Hanya saja, konsumsi berlebihan dapat memicu kecanduan.
Otak bakal terus mencari cara untuk merasakan kebahagiaan yang didapat dari makanan manis, terlebih ketika kadar glukosa menurun. Rasanya ingin mengonsumsi makanan atau minuman manis lagi dan lagi.
Baca Juga
Lebih disarankan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang, ubi, dan jagung. Karena lebih lama dicerna, kenaikan gula darah pun jadi lebih terkendali.
Berdasarkan rekomendasi Kementerian Kesehatan dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, batas konsumsi gula harian adalah 10 persen dari total energi yang dibutuhkan. Ini setara dengan 200 kilo kalori atau maksimal 50 gram per hari (4 sendok makan) untuk orang dewasa. Sementara batasan konsumsi gula untuk anak-anak adalah sekitar 25 gram per hari atau setara 2 sendok makan saja.
Konsumsi gula yang berlebih bisa membahayakan kesehatan tubuh. Kebanyakan gula dapat memicu berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes tipe 2, penyakit kardivaskular, gigi rusak, hingga penuaan dini.
Lalu, bagaimana cara mengurangi atau mengendalikan konsumsi gula agar tidak melebihi batas aman? Menurut dr. Juwita membagikan beberapa tips yang bisa diterapkan.
Pertama, biasakan untuk membaca label pada kemasan produk makanan. Periksa kandungan nutrisi untuk menghindari produk dengan gula tambahan tinggi.
Kedua, pilih karbohidrat kompleks. Jika selama ini selalu makan nasi putih, coba ganti dengan nasi merah, ubi, jagung, atau sumber karbohidrat kompleks lainnya.
Selain itu, penting untuk mengurangi minuman manis. Lebih baik ganti dengan minum air putih yang cukup. Boleh minum teh atau kopi, tetapi tanpa gula.
Terkini
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi
- Memahami dan Merawat Inner Child: Kunci untuk Menyembuhkan Luka yang Tak Terlihat
- Working Holiday Visa Australia: Tiket Emas untuk Kerja dan Hidup di Luar Negeri