Selasa, 10 September 2024 | 15:00 WIB
Kerja keras memang penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kehidupan pribadi. Itulah gambaran sederhana dari harapan orang-orang saat bicara tentang work-life balance.
Generasi Z yang umumnya mulai memasuki dunia kerja saat berumur 18-20 tahun diketahui menaruh perhatian lebih pada perkara work-life balance. Hal tersebut salah satu terlihat dari hasil survei yang dilakukan Jakpat beberapa waktu lalu.
Survei dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan preferensi Gen Z dalam dunia kerja. Hasilnya, sebanyak 35% Gen Z lebih memilih work from anywhere (WFA), sementara 32% lebih memilih model hybrid yang memungkinkan mereka untuk bekerja secara remote dan di kantor.
Baca Juga: Suka Duka Ibu Sambung: Antara Harapan dan Kenyataan, Belajar dari Pengalaman Terry Putri dan Ashanty
Dari responden yang sudah bekerja, sebanyak 43% mengatakan bahwa pekerjaan saat ini adalah pekerjaan pertama mereka, sedangkan sebagian lainnya sudah pernah pindah pekerjaan sebanyak satu kali (31%), dan 15% telah berganti dua kali.
Loading...
Lalu, apakah yang biasanya mendorong Gen Z memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan? Kebanyakan ternyata memilih resign karena gajinya tidak sesuai (41%), mendapat tawaran pekerjaan yang lebih menarik (27%), dan ingin menjelajahi jenis pekerjaan lain (26%).
Baca Juga: Beauty in Joy: Jadilah Cantik Tanpa Mengabaikan Kebahagiaan Dirimu Sendiri
"Dalam dunia pekerjaan, Generasi Z cenderung mengutamakan keseimbangan work-life yang sehat seperti menjaga kesehatan mental," ungkap Septiana Widi Sugiastuti selaku Research Lead Jakpat, dikutip dari siaran pers yang diterima Dewiku.com.
"Mereka akan mencari pekerjaan yang menawarkan fleksibilitas, seperti bekerja dari rumah atau jadwal kerja yang fleksibel dengan gaji yang memuaskan," imbuhnya.
Bicara soal work-life balance, sebenarnya bukan cuma Gen Z yang membutuhkannya. Istilah ini mengacu pada kemampuan membagi waktu untuk melakoni tanggung jawab pekerjaan dan menjalani kehidupan pribadi. Intinya, pekerjaan dan kehidupan pribadi merupakan dua hal yang sama pentingnya.
Melansir Halodoc, work-life balance bisa memberikan banyak manfaat. Apa saja?
1. Mengurangi risiko stres
Tentu saja seseorang bisa mengalami stres akibat tekanan pekerjaan atau kesulitan tertentu di tempat kerja. Namun, menjaga batasan waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa menurunkan risikonya. Pada akhirnya, ini juga berdampak positif bagi kesehatan mental.
2. Meningkatkan dan menjaga kesehatan fisik
Menjalani hidup dengan lebih rileks dan bebas stres nyata juga berkontribusi baik untuk kesehatan fisik. Sebaliknya, stres akibat tidak memiliki work-life balance dapat menurunkan napsu makan dan menaikkan tekanan darah sehingga memicu berbagai penyakit.
3. Lebih produktif
Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi akan membuat pikiran menjadi lebih positif. Efeknya, kamu lebih bersemangat datang ke kantor untuk menyelesaikan semua tugas secara efektif dan efisien.
4. Meningkatkan kualitas hubungan pribadi
Kurangnya waktu berkualitas yang dihabiskan bersama keluarga atau orang terdekat lainnya bisa sangat memengaruhi hubungan pribadi. Itulah mengapa penting untuk menerapkan work life balance agar hidup tidak melulu tentang bekerja dan bekerja.
Bagi banyak orang, mungkin memang tidak mudah untuk menerapkan work life balance. Meski begitu, tentu saja ada beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai upaya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Pertama, sangat penting untuk belajar manajemen waktu. Coba manfaatkan agenda, kalender atau aplikasi untuk mencatat daftar pekerjaan yang mesti dilakukan beserta tenggat waktunya.
Berikutnya, tetapkan batasan. Contohnya, beri tahu orang-orang kapan kamu akan offline, misal selepas jam kerja atau saat cuti. Bisa juga matikan notifikasi email kantor dan hal lain terkait pekerjaan.
Jangan abaikan pentingnya menjaga kesehatan, baik fisik maupun mental. Kamu butuh tidur yang cukup dan meluangkan waktu olahraga secara teratur.
Selain itu, sangat penting meluangkan waktu untuk istirahat dan memulihkan tenaga. Tak ada salahnya membikin jadwal mingguan untuk sekedar bersantai, membaca buku, berolahraga, menghabiskan waktu di alam terbuka, atau melakukan hal apa pun yang kamu sukai.
Mencapai work life balance memang penting. Kendati demikian, bukan berarti hal itu bisa dilakukan dengan mengesampingkan performa saat bekerja.
Psikolog bernama Analisa Widyaningrum menuturkan bahwa keseimbangan bukan hanya melulu tentang jumlah waktu yang sama, tapi bagaimana bisa memanfaatkan waktu secara harmonis.
"Artinya, kalau kita kerja bisa cepat, bisa produktif, ya, bisa punya banyak waktu untuk bisa istirahat," ungkapnya pada video unggahan akun TikTok pribadinya, sebagaimana dikutip Dewiku.com, Selasa (10/9/2024).
Baca Juga: Survei Jakpat: Orang Indonesia Jarang Minum Susu, Kelas Ekonomi Bawah Lebih Pilih Kental Manis
"Sehat itu penting, tapi jangan pernah lupa, tanggung jawab kita juga nggak boleh kita tinggalkan. Jangan mengatasnamakan kita lagi burnout, kita lantas bebas untuk meninggalkan pekerjaan kita," tegasnya kemudian.