Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Popularitas Korean Pop atau K-Pop, semakin digemari di Indonesia. Hal itu rupanya turut mendorong minat masyarakat Tanah Air pada makanan khas Korea, termasuk kimchi.
Sayangnya, ada kabar bahwa kimchi akan menjadi salah satu 'korban' perubahan iklim.
Dikutip Dewiku dari Suara.com, para ilmuwan, petani, dan produsen mengatakan bahwa kualitas dan kuantitas kubis napa atau sawi putih sebagai bahan baku utama kimchi akan mengalami krisis di masa mendatang.
"Sawi tumbuh di iklim dingin dan beradaptasi dengan rentang suhu yang sangat sempit. Suhu optimal adalah antara 18 dan 21 derajat Celsius," kata ahli patologi tanaman dan ahli virus Lee Young-gyu, ditulis Dewiku, Selasa (1/10/2024).
Baca Juga
-
Banyak Perempuan Duduki Posisi Manajemen Senior, Keberagaman Gender Kunci Tingkatkan Kinerja Bisnis
-
Cuti Haid, Hak Pekerja Perempuan yang Rawan Dirampas Perusahaan
-
Desain Mewah dengan Sentuhan Bali, John Hardy Rilis Koleksi Musim Gugur 2024
-
AR Watch Virtual Try-On, Mau Beli Jam Tangan Online Kini Bisa Dicoba Dulu
-
Rona Warna yang Berani Berpadu dengan Gaya Abstrak di Ajang Fashion Nation 2024
-
Doom Spending Bisa Bikin Miskin, Jangan Habiskan Uang untuk Kebahagiaan Sesaat
Seperti diketahui, sawi tumbuh subur di iklim dingin dan ditanam di daerah pegunungan yang suhunya di atas 25 derajat Celsius selama musim panas. Namun cuaca yang lebih hangat akibat perubahan iklim saat ini telah mengancam tanaman sawi ini.
"Kami berharap prediksi ini tidak menjadi kenyataan," tambah Lee Young-gyu.
Kimchi Lebih dari Sekadar Makanan
Kepada Dewiku, Dosen Bahasa dan Kebudayaan Korea Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada atau UGM, Theresia Avila Rencidiptya GF, mengatakan bahwa kimchi merupakan banchan atau side dish utama pada makanan Korea.
"Orang Korea tidak bisa hidup tanpa kimchi, bahkan Ketika mereka akan ke luar negeri, mereka pasti membawa Kimchi. Jika di Indonesia, itu sama seperti sambal di mana orang Indonesia kalau ke mana-mana pasti gak lengkap tanpa sambal," ucap Theresia.
Hal serupa dikatakan juga oleh seorang Chef asal Korea Selatan, Choi Jun-hyuk. Chef Choi sendiri mengakui bahwa kimchi bisa dimakan dengan makanan apa saja.
"Kimchi itu disukai banyak orang, termasuk Indonesia. Karena kimchi bisa dimakan bareng apa aja, termasuk Ramyeon (mi instan) juga enak dimakan bersama kimchi," tambah Chef Choi saat hadir dalam 2024 K-Food & Kimchi Promotion in Jakarta, beberapa waktu lalu.
Chef Choi pun bercerita mengenai budaya Kimjang yang ada di Korea. Kimjang atau Gimjang, adalah sebuah kegiatan membuat kimchi dalam jumlah yang besar untuk mempersiapkan musim dingin.
"Nah, kalau di Korea itu ada namanya (budaya) Kimjang sekitar bulan oktober atau musim gugur saat cuaca sudah hampir dingin. Pada waktu itu banyak orang Korea membuat kimchi jadi bisa disimpan selama satu atau dua bulan saat musim dingin itu rasanya akan lebih enak."
Rahasia Kimchi Enak dan Pandangan Soal Perempuan yang Telaten Mengurus Keluarga
Membuat kimchi memang susah-susah gampang. Meski terlihat sederhana, rupanya proses fermentasi kimchi membutuhkan ketelitian dan pemahaman yang baik.
"Bahan utama kimchi itu sebenarnya sawi, tapi kalau mau enak harus pakai sawi dari Korea karena rasanya lebih manis dan enak," kata Chef Choi meyakinkan.
Beberapa kendala lainnya pembuatan kimchi di antaranya sulit mendapatkan rasa yang pas, bumbu yang tidak merata, hingga kualitas kubis atau sawi yang tidak sesuai.
Tak heran, ada anggapan bahwa perempuan yang bisa membuat kimchi yang enak, merupakan perempuan yang pandai dan telaten mengurus keluarga. Tapi, betulkah demikian?
Sebagai Dosen Bahasa dan Kebudayaan Korea, Theresia mengaku ada korelasi antara membuat kimchi yang enak kebahagiaan keluarga.
"Semua memang berasal dari keuletan dan juga budaya turun temurun. Karena kebahagiaan juga berawal dari makanan," pungkasnya dalam wawancara via WhatsApp, beberapa waktu lalu. Bagaimana, Sahabat Dewiku bisa membuat kimchi sendiri yang enak?
Terkini
- Fenomana Glass Ceiling: Mengapa Perempuan Sulit Jadi Pemimpin di Dunia Kerja?
- Takut Ketinggalan Momen? Begini Cara Mengelola FOMO dengan Sehat!
- Ladang Mimpi yang Berubah Jadi Neraka: Tragedi 100 Wanita Thailand di ' Peternakan Telur Manusia' Georgia
- Mengenal Roehana Koeddoes: Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia
- Stigma atau Realita: Perempuan Enggan Bersama Laki-laki yang Tengah Berproses?
- Komunitas Rumah Langit: Membuka Ruang Belajar dan Harapan bagi Anak-anak Marginal
- Subsidi BPJS Kesehatan Terancam, Siapa yang Paling Terdampak?
- Komnas Perempuan Soroti Perlindungan Jurnalis Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender
- Damkar Dipanggil, Polisi Ditinggal: Mengapa Publik Lebih Percaya Damkar?
- Tantangan dan Realitas Jurnalis Perempuan di Indonesia: Menyingkap Kesenjangan di Ruang Redaksi