
Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Dewiku.com - Perempuan sering dihadapkan pada pilihan antara keluarga dan karier, terutama perempuan yang sudah menikah.
Keharusan untuk memilih antara keluarga dan karier, biasanya hadir karena komentar banyak pihak sehingga berpengaruh kepada pilihan perempuan itu sendiri.

Terlebih lagi, banyak budaya yang mengharuskan untuk memilih menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya atau jadi ibu yang bekerja.
Namun mengapa perempuan harus dihadapkan dengan pilihan tersebut? Apakah kedua hal itu tidak dapat dijalankan secara bersamaan?
Baca Juga
-
Cemas Terus Soal Penampilan? Mungkin Kamu Mengalami BDD Seperti Jutaan Orang Lainnya
-
Nimbrung Sejenak di Komunitas Baca Bareng: Ruang Hening Untuk Para Pembaca Sejati
-
Liburan Akhir Tahun Makin Ramai, 110 Juta Orang Diprediksi Melakukan Pergerakan
-
Self-Silence, Ketika Diam Membebani Kesehatan Mental
-
Mengenal Siti Fauziah, Perempuan Pertama yang Duduk di Kursi Sekjen MPR RI
-
Keceriaan Natal dan Tahun Baru di BWH Hotels, Banyak Pilihan Aktivitas Menarik dan Ramah Anak
Sebuah studi berjudul "Employment vs. Homestay and the Happiness of Women in the South Caucasus" meneliti dampak pilihan antara bekerja dan menjadi ibu rumah tangga terhadap kebahagiaan perempuan di wilayah Kaukasus Selatan.
Penelitian ini menemukan bahwa di Armenia dan Azerbaijan, perempuan yang bekerja melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu rumah tangga.
Sebaliknya di Georgia, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam tingkat kebahagiaan antara perempuan yang bekerja dan ibu rumah tangga.
Menariknya, di antara minoritas Armenia dan Azerbaijan yang tinggal di Georgia, tidak ada kesenjangan kebahagiaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut.
Temuan ini menunjukkan bahwa konteks negara dan faktor budaya memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana pilihan antara karier dan peran domestik mempengaruhi kesejahteraan subjektif perempuan.
Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan konteks sosial dan budaya saat membahas pilihan perempuan antara menjadi ibu rumah tangga atau ibu yang bekerja.
Studi lain berjudul "Perbandingan Kualitas Hidup antara Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga: Tinjauan Pustaka Hasil Penelitian Tahun 2015–2020" yang diterbitkan di Legitima: Jurnal Hukum Keluarga Islam menganalisis penelitian mengenai kualitas hidup perempuan yang bekerja dan yang tidak bekerja.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas hidup perempuan yang tidak bekerja mendapatkan respons positif dua kali lipat dibandingkan dengan perempuan yang bekerja.
Meskipun demikian, sebagian kecil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja juga memiliki kualitas hidup yang baik.
Temuan ini mengindikasikan bahwa keputusan untuk bekerja atau menjadi ibu rumah tangga berdampak signifikan terhadap kualitas hidup perempuan.
Oleh karena itu, penting bagi perempuan untuk mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk kesejahteraan pribadi dan konteks sosial, dalam membuat keputusan antara berkarier atau fokus pada peran domestik.
Penulis: Nurul Lutfia Maryadi
Terkini
- Kamu Terlalu Mandiri: Ketika Kemandirian Perempuan Masih Dianggap Ancaman
- Support System Seumur Hidup: Bagaimana Kakak Adik Perempuan Saling Menguatkan?
- Women News Network: Menguatkan Suara Perempuan dari Aceh hingga NTT
- Saatnya Berbagi Tugas di Dapur, Karena Memasak Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
- Lajang dan Bahagia: Cara Perempuan Menikmati Hidup Tanpa Tekanan Sosial
- Plan Indonesia dan SalingJaga Gelar Soccer for Equality, Dukung Kesetaraan Pendidikan Anak Perempuan NTT
- Paternity Leave Bukan Sekadar Cuti, Tapi Wujud Budaya Kerja yang Inklusif
- Koper Ringan, Gaya Baru Menjelajah Dunia Tanpa Beban
- Body Positivity vs Body Neutrality: Mana Jalan Terbaik Menerima Tubuh Apa Adanya?
- Wujud Kesetaraan di Dunia Transportasi, Kartini Masa Kini di Balik Kemudi